Harian Kompas terbitan Senin, 22 Januari 2018, pada kolom opini, menampilkan tulisan berjudul "Medan Geopolitik Baru", yang ditulis oleh Bapak Luhut B Pandjaitan.
Tulisan ini tidak hendak membahas isi, tetapi bagian akhir dari tulisan itu menginspirasi tulisan ini. Indonesia tak cukup melakukan lompatan katak (frog-leap), tetapi melakukan lompatan kuantum (quantum leap). Begitu Pak Luhut mengakhiri tulisannya.
Suatu pertanyaan besar muncul di benak saya, yang kita butuhkan lompatan atau percepatan?. Ini menjadi suatu kajian yang sangat menarik.
'1. Hakekat Lompatan
Seekor katak yang melompat dari titik A ke titik B berpijak ke bumi hanya di dua titik itu, A dan B, tidak pada titik lainnya di antara A dan B. Makna filosofisnya adalah bahwa saat berpindah dari A ke B dengan melompat, katak kehilangan banyak realitas dan pengalaman di antara A dan B. Bandingkanlah dengan semut yang merayap dari A ke B, yang berpeluang melihat banyak realitas dan mengumpulkan banyak pengalaman di setiap titik di antara A dan B.
Sama dan serupa, jika saya dari Jakarta naik pesawat terbang langsung ke Silangit, waktu tempuh betul lebih singkat, tetapi tidak ada realitas yang dapat saya amati dan hanya sedikit pengalaman yang bisa saya resapi. Di Jakarta dan di Silangit, hanya di dua tempat itulah saya berpijak ke bumi.
Beda halnya jika Jakarta-Silangit saya telusuri dengan tur naik mobil. Betul bahwa waktu tempuh lebih lama, tetapi jauh lebih penting dan berharga adalah realitas yang saya amati dan pengalaman yang saya resapi jauh lebih banyak dari pada jika saya naik pesawat. Selembar pengalaman naik pesawat yang dapat saya tuliskan, tetapi pengalaman naik mobil dapat menjadi sebuah buku.
Nah, maksud saya adalah, banyaknya realitas yang saya alami dan pengalaman yang saya resapi itu berpotensi membuat saya bertumbuh menjadi makin dewasa dan makin tangguh.
Hakekat dari lompatan kuantum lebih unik dan terutama lebih membingungkan, sebab kuantum adalah sekumpulan probabilitas. Ketika anda melompat dari titik A ke titik B, menurut Fisika Kuantum, tidak ada teori apapun yang bisa menjelaskan keberadaan anda di antara A dan B, dan bahkan selama menempuh rute dari A ke B ada suatu probabilitas dimana anda dapat tersesat ke planet Yupiter, ajaib. Hakekat dari partikel kuantum, sekaligus juga menjadi batas yang tidak bisa diterobos, adalah ketidakpastian, fisikawan menamainya dengan ketidakpastian Heisenberg.
'2. Hakekat Percepatan
Pada lomba lari sprint, pemenangnya pastilah atlet yang dapat menggerakkan otot untuk menghasilkan percepatan terbesar. Kuncinya ada di percepatan, bukan di kecepatan.