Pria atau wanita sama saja, jika berkumpul beberapa orang maka topik pembicaraan ngalor-ngidul ke segala arah, perdebatan seru yang logis dan yang tidak masuk akal, hanya untuk "kill the time".
Saat istirahat kerja, itulah yang kami lakukan. Membahas bagaimana penyelesaian terbaik konflik yang paling sulit dan paling berkepanjangan, mulai dari kasus Munir sampai konflik Palestina -- Israel. Bagaimana seharusnya pemerintah mensejahterakan rakyat, seharusnya menteri pendidikan mengambil kebijakan seperti "anu" agar mutu pendidikan kita mengungguli atau paling tidak menyamai mutu "Harvard University".
Lama kelamaan kelompok menjadi terbagi dua, karena sudah mulai membahas tentang ajaran agama, saya sendiri menjadi kelompok ketiga, sendirian. Kedua kelompok sibuk melontarkan banyak argumen dan  alasan, argumen yang mengukuhkan keyakinan sendiri, dan argumen yang mencoba menggoyahkan keyakinan kelompok sebelah. Tidak perlu rasional, yang perlu dipertontonkan adalah keyakinan teguh (sulit membedakan dengan keras kepala, ngeyel).
Setelah udara dipenuhi dan dicemari begitu banyak kata-kata, kedua kelompok tersadar bahwa ada seorang, itu saya, yang tidak terlibat pada perang argumen yang seru dan serampangan itu. Hei ... kawan, apa pendapatmu? Bentak seseorang.
Pendapatku hanya satu :"tidak ada yang benar di dunia ini", itu saja bahasa pemungkas dari saya.
Hening beberapa saat, tiba-tiba terjadi ledakan suara ramai, kedua kelompok yang tadinya bereteru tiba-tiba bersatu menyerang argumen yang saya ajukan. Betul kata pepatah, musuh bersama dapat mempersatukan apa saja, meski berbeda kepentingan.
Kau atheis, kata yang satu. Kau manusia tak beriman, teriak yang lain. Kau akan dilemparkan ke nerakayang membara, bentak yang lain lagi. Segala macam jenis setan dan iblis, semua jenis-jenis neraka jahanam, ditimpakan ke pundak saya, oleh kedua kelompok. Mereka betul-betul bersatu membantai argumen saya, dan sehabis membantai saya, keduanya kembali cakar-cakaran.
Saya berhasil dan sukses, dengan argumen saya itu, saya mendapat dua sukses besar.
Pertama, argumen saya berhasil dengan mudah dan gemilang mempersatukan dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Meski temporer, sebab sehabis saya, mereka akan kembali saling membantai, tetapi menyatukan kutub utara dan kutub selatan adalah pekerjaan besar yang sulit dan muskil, bahkan kebanyakan pemerintah gagal melakukannya.
Kedua, saya memperoleh fakta nyata dan karena itu berani menyimpulkan bahwa kedua kelompok ini dihuni oleh orang-orang yang daya analisisnya seupil, hanya seupil. Bayangkan, tidak ada barang satu orang saja dari anggota kedua kelompok itu yang mampu memahami bahwa argumen "tidak ada yang benar di dunia ini" adalah rangkaian kalimat yang membunuh dirinya sendiri, yang menegasikan makna kalimat itu sendiri, dan karena itu menjadi untaian kalimat tidak bermakna.
Orang yang paham cukup berkata dalam hati, "termasuk yang kau bilang itu".