Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darwinisme (I)

7 September 2017   14:45 Diperbarui: 7 September 2017   15:29 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teori evolusi Darwin, yang kini menjadi semacam isme dan dinamai darwinisme, penganutnya disebut Darwinian, begitu amat sangat cair dan lentur. Sedemikian cairnya teori itu sehingga bidang apa saja bisa dimasukkan ke dalamnya. Bahkan sebutir batu yang tiba-tiba bergulir jatuh dari bukit ke lembah dapat dijelaskan dengan menggunakan teori evolusi ini, begitupun harga-harga saham yang tiba-tiba melonjak tidak beraturan. Katanya, anjing melolong di tengan malam yang gelap adalah dalam rangka menyuarakan darwinisme.... bah.

Semua bidang, baik cabang maupun ranting segala ilmu bisa tersedot ke dalam darwinisme. Ekonomi, kosmologi, psikologi, sosiologi, quark, kuantum, apalagi biologi. Bahkan sejarah perjuangan kemerdekaan sebuah bangsa katanya dapat dijelaskan di dalam kerangka darwinisme,.... Alam semesta bahkan berevolusi dalam kerangka darwinisme, begitu juga liga sepak bola di sebuah negara ...luar biasa.

Entah dengan cara bagaimana, ada segelintir kaum, kaum bumi datar, kaum bumi bulat, kaum bumi lonjong, atau kaum tak berkaum yang berpendapat bahwa darwinisme menyatakan manusia berasal dari monyet, kesimpulan yang mencengangkan sekaligus menghibur, kok masih banyak manusia degil seperti ini?. Magnum opus karya Darwin yang berjudul "The Origion of Species" yang menjadi kitab suci Darwinian adalah tentang asal-usul keragaman spesies, bukan asal-usul manusia atau mahluk apapun itu.

Keluasan cakupan darwinisme ternyata sangat menggelisahkan atau mencemaskan kaum ilmuwan biologi atau biologist. Kaum ini merasa posisi mereka terkurung di dalam penjara darwinisme sehingga peluang mereka untuk menemukan sesuatu yang revolusioner dan mengejutkan, sesuatu yang menjungkirbalikkan paradigma, dan karena itu menjadi penemuan besar yang akan dikenang sepanjang masa, penemuan yang membuat sang ilmuwan disaput kemuliaan, tertutup sudah. Bagaimana tidak, jika semuanya ada di dalam kerangka darwinisme, maka tugas satu-satunya yang tersisa hanya mengisi detail-detail yang ditinggalkan Darwin.

"Punctuation Equilibrum", sebuah teori yang dibuat untuk berhadapan face to face dengan teori Darwin, pada akhirnya harus bertobat dan kembali ke pangkuan darwinisme. Banyak yang sudah mengalami nasib seperti itu. Watson menemukan double helix pada kromosom gen, itu penemuan besar yang sangat bermanfaat karena membuka peluang manusia memetakan gen (genom), tetapi tetap sekedar mengisi sebuah celah kosong di dalam kerangka darwinisme.

Dari pada berhadapan face to face, banyak ilmuwan biologist yang menempatkan diri pada posisi "menjadi lebih Darwin dari Darwin sendiri". Salah satu yang populer adalah Richard Dawkin, seorang pencerita ulung dan magis yang hampir pasti dapat mengguncang iman anda, siapapun anda, dan itu menjadi topik pada tulisan seri ke-2.

Jika segala sesuatu dapat dimasukkan ke dalam sesuatu, bukankah sesuatu itu sesungguhnya sangat hampa atau kosong?. Jika begitu, bolehkah dibangun hipotesa bahwa darwinisme itu adalah kekosongan?

Saya hanya bertanya ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun