Teori evolusi dari Charles Darwin itu bakal selalu menjadi kontroversi sepanjang masa, selalu menjadi senjata bagi kaum tak bertuhan untuk menyerang kaum bertuhan. Celakanya kaum bertuhan hampir pasti kelabakan menghadapi serangan meriam teori evolusi, dan cenderung memilih berlindung di bawah tempurung pengetahuan agamanya. Kalau saya, selalu saya katakan bahwa teori evolusi tidak membuktikan apapun, tetapi bisa berguna untuk menjelaskan sesuatu. Tentu saya harus siap dengan argumentasi yang memadai.
Masalahnya, bukan hanya manusia yang berevolusi perlahan sekali menjadi semakin cerdas, setan juga berevolusi menjadi semakin canggih. Bahayanya, evolusi setan menuju kecanggihan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan evolusi manusia menuju kecerdasan. Malapetakanya, evolusi manusia menuju “kebijaksanaan” berjalan jauh lebih lambat lagi. Manusia cerdas tetapi tidak bijaksana kini bertebaran di mana saja.
Kemampuan setan untuk menjerumuskan manusia pada mulanya hanya dengan mengancam dan memaksa. Mengancam akan meletuskan gunung, mengancam akan membuat banjir bandang, mengancam lewat wabah penyakit menular, mengancam akan meniupkan topan badai. Semua ancaman dengan satu tujuan, menciptakan ketakutan dan kekalutan sehingga manusia mau bersujud menyembah setan.
Tetapi Tuhan mengutus nabi-nabi, nabi yang membimbing dan menuntun jalan manusia, membuat manusia menjadi paham bahwa semua malapetaka itu justru dapat membuat manusia menjadi lebih kuat dan lebih bersatu. Meski demikian, tetap saja ada manusia yang terjerumus, tetapi jumlahnya tidak sesuai dengan target yang ditetapkan oleh raja setan. Petinggi setan dikumpulkan, rapat kordinasi.
Setan berevolusi, metode penjerumusan diganti dari mengancam menjadi menggoda, dari memaksa menjadi merayu dan menipu. Godaan dan rayunan memang terbukti lebih mujarab dibandingkan terhadap ancaman dan paksaan. Betapa banyak manusia yang kesulitan menghindari godaan korupsi. Hei, tak ada yang melihat, lagipula kalau tidak kau ambil maka orang lain yang mengambil, sambil kau bayangkan apa saja yang bisa kau nikmati dengan uang sebanyak itu, bisikan setan ya begitu.
Hei, istrimu kan di rumah sedangkan engkau berada di kota lain. Lihat gadis disebelahmu, diapun sedang mencari lelaki yang cocok menjadi teman tidur malam ini. Sudah dadanya membusung, pantatnya bahenol, mulus lagi. Kalau kau bilang tidak berhasrat, berarti kau bukan laki-laki, sebaiknya ganti saja celana jeansmu itu dengan rok mini. Kalau kau tidak mau, antrian laki-laki berikutnya pasti mau. Bisikan lainnya.
Tetapi Tuhan menurunkan kitab-kitab, kitab yang menjadi tuntunan dan pedoman menghadapi dan melawan godaan dan rayuan setan. Meski metode menggoda dan merayu menghasilkan manusia yang terjerumus lebih banyak dari metode mengancam dan memaksa, tetap saja target raja setan tidak tercapai. Jadi, evolusi harus berlanjut. Rapat kordinasi lagi.
Setan berecolusi lagi, metode menggoda dan merayu diganti dengan metode menyamar. Menyamar menjadi pemimpin rohani, menyamar menjadi pendeta, menyamar menjadi kiayi dan ustad, menyamar menjadi pembela agama, menyamar menjadi guru, menyamar di LSM, menyamar dan berkhotbah di setiap rumah ibadah. Metode ini ternyata sangat efektif dan efisien.
Mulut setan bukan lagi mengucapkan ancaman, tidak lagi menyiarkan godaan dan rayuan, tetapi mengucapkan firman Tuhan yang sedikit dibengkokkan. Mulut setan makin sering menyiarkan kutipan firman Tuhan, yang dikutip tentu saja satu pasal yang dibutuhkan, yang di dalamnya ada kata bunuh dan binasakan, hancurkan dan musnahkan. Tentu saja ayat yang mengandung kata maafkan, ampuni, doakan, kasihi, tidak atau belum pernah dikutip.
Sementara evolusi manusia menuju kebijaksanaan yang sempurna berjalan sangat lambat, evolusi setan berlangsung jauh lebih cepat. Maka kini semakin banyak manusia yang merasa bersekutu dengan Tuhan, tidak sadar sesungguhnya bersekutu dengan setan. Semakin banyak manusia yang merasa sedang menjalankan perintah Tuhan, tidak sadar sedang menjalankan perintah setan.
Maka semakin banyaklah penderitaan, semakin meluaslah kecurigaan sesama manusia, semakin dalam ketidakpercayaan, semakin banyak manusia yang menjadi manusia pengungsi. Target hampir tercapai, tetapi setan tidak akan pernah puas sebelum manusia terakhir berhasil dijerumuskan.