Perbudakan modern adalah kondisi dimana seseorang/sekelompok orang dilakukan praktik eksploitasi karena adanya ancaman baik fisik maupun nonfisik (kekerasan). Ini terjadi karena adanya penyalahgunaan kekuasaan. Ada pula banyak jenis dari perbudakan modern seperti kerja paksa, bonded labor, perdagangan manusia, eksploitasi seksual, perkawinan paksa, pengambilan tubuh secara ilegal, dll.
Pada 2018, diketahui bahwa terdapat lebih dari 5000 perbudakan modern. Mayoritas dari kasus perbudakan modern ini adalah bentuk dari kerja paksa serta perdagangan manusia. Jumlah anak-anak yang menjadi korban pun sebesar 66% dari tahun 2016.
Contoh dari perbudakan modern ini adalah kasus si Sara (nama samaran). Sara adalah seorang ibu yang pada umur 16, menikahi seorang laki-laki dan oleh suaminya sendiri, Sara dijadikan budak. Kala itu pun Sara juga sudah memiliki anak. Sara dipaksa untuk menjadi budak dan tidak boleh memberi tahu siapapun karena adanya ancaman anaknya dibunuh.
Sudah 20 tahun seperti itu, Sara bekerja di sekolahan dari pukul 5 hingga pukul 23 malam. Dia harus bekerja selama 18 jam dan hanya mendapatkan 6 jam tidur. Sara juga mengatakan bahwa ada kalanya dia tidak bisa tidur karena takut akan anaknya dibunuh, serta mendapatkan mimpi buruk. Setiap hari dia membersihkan lorong sekolah, melihat anak-anak ceriah dan berpakaian bagus, Sara hanya bisa menatap sambil berharap bahwa kelak nanti, Sara bisa menjadi seperti itu.
Kakinya membengkak dan berdarah. Diapun juga menderita penyakit sendi karena selama bertahun-tahun dia bekerja keras dan kecapean.
Pada saat itu, Sara sudah tidak bisa jalan lagi karena kakinya memar setelah jatuh. Para penyelundup lainnya pun membiarkan Sara begitu saja sampai mati. Namun, dengan bantuan seorang teman, Sara pun berhasil melarikan diri dan menghubungi Kementrian Dalam Negeri dan langsung dipindahkan ke tempat penampungan yang aman.
Pada awal-awal, Sara tidak ingin keluar karena ketakutan bahwa dia akan ditemui. Namun, setelah 3 hari, dengan bantuan orang yang mendampinginya, Sara pun akhirnya berani untuk keluar. Dia pun mulai perlahan-lahan napas dengan normal kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H