Mohon tunggu...
Jonnevan Chandra
Jonnevan Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar di Kolese Kanisius

Senang menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rahasia di Balik Pesona Wisata: Mengungkap Polusi Tersembunyi dari Kapal Pesiar

2 Agustus 2023   10:39 Diperbarui: 2 Agustus 2023   10:42 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapal Pesiar, atau dikenal juga sebagai Cruise, merupakan kapal yang membawa ribuan penumpang yang secara khusus bertujuan untuk kegiatan rekreasi. Penumpang menaiki kapal pesiar untuk menikmati waktu serta fasilitas di kapal yang dilengkapi dengan fasilitas penginapan, perlengkapan, serta permainan. Lama pelayaran ini pun bervariasi; ada yang hanya 3 hari, tetapi ada beberapa yang hingga 3 bulan. Namun, yang tidak banyak orang ketahui adalah kapal pesiar menghasilkan polusi yang sangat banyak---lebih banyak dari yang orang kira. 

Per harinya, kapal pesiar yang mengangkat 3000 penumpang dan awak menghasilkan sekitar 170000 galon air abu-abu (air dari kamar mandi, wastafel, kolam renang, dll), 21000 galon limbah, 6400 galon air lambung kapal, dan 1 ton limbah padat. Permasalahannya adalah tidak adanya peraturan mengenai polusi yang disebabkan oleh kapal pesiar. Contohnya adalah peraturan penggunaan air abu-abu yang diatur dalam negara bagian Washington dan Alaska, tetapi tidak pada British Columbia. Ini menyebabkan warga sekitar harus menanggung beban polusi dari kapal pesiar, sedangkan perusahaan kapal pesiar dapat mengambil keuntungan dari posisi terendah Kanada pada pembuangan limbah.

Selain dari polusi air, kapal pesiar juga menyebabkan polusi udara. Polusi ini berasal dari knalpot kapal yang mengandung unsur-unsur berbahaya seperti logam dan hidrokarbon aromatik polisiklik---dimana banyak di antaranya memiliki sifat racun dan dapat menjadi penyebab kanker. Menggunakan peralatan yang mengukur partikel ultrafine dan PM halus (0,02-1 mikrometer), Ryan Kennedy, seorang assisten profesor di John Hopkins University, menemukan bahwa konsentrasi partikel secara konsisten ditemukan di balik cerobong asap di bagian belakang kapal. Partikel ultrafine yang beracun memiliki kemungkinan besar untuk berinteraksi dengan sel dalam tubuh. Walau siapapun yang terpapar partikel ini akan pengaruh, orang yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular atau kondisi paru akan paling berisiko.

Polusi yang dihasilkan oleh kapal 3000 penumpang berbahan bakar bunker setara dengan 12000 mobil per harinya. Makanya mulai tahun 2012, persyarakan baru diberlakukan di Amerika dan Kanada yang menyatakan bahwa seluruh kapal besar, baik itu kapal kontainer, kapal pesiar, dan kapel tanker minyak, harus mengurangi bahan bakar bunker. Kandungan sulfut dalam bahan bakar juga harus dikurangi. Namun, penerapan standar baru ini sangatlah mahal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun