Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berita JAH dan Sri: Sisi Buruknya

26 November 2014   02:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="kompas.com"][/caption]

Saya merasa terganggu dengan cara media massa menceritakan detail cara membunuh pada berita kriminal. Media cetak, media on line, radio siaran, dan televisi siaran sama saja.

Ini contohnya: berita tentang JAH membunuh Sri Wahyuni. Media massa berlomba-lomba membuat berita tentang pembunuhan ini. Polisi pun bersemangat membongkar kasus ini. Hanya dalam beberapa hari, polisi sudah terbang ke Nabire menjemput JAH di rumah istrinya. Lalu membawa JAH ke Jakarta.

Setelah itu polisi dengan rajin memberikan informasi terbaru kepada media. Polisi tampaknya tidak pelit membeberkan semuanya secara lengkap, rinci, urut, dan mendalam. Tidak ada yang salah pada apa yang dilakukan oleh polisi.

Reporter tampak lebih bersemangat dari polisi. Ada dua yang digali oleh media: sisi hubungan gelap JAH dan Sri Wahyuni berikut cemburu serta apa saja yang mereka lakukan berdua atau bersama teman-temannya. Sisi lain yang dicari oleh awak media adalah bagaimana cara JAH membunuh Sri Wahyuni.

Nah, sisi kedua itu yang menjadi perhatian saya. Berita itu sangat detil. Penulis merinci adegan pembunuhan itu dari detik ke detik. Apa saja yang dilakukan JAH. Bagaimana reaksi Sri. Lalu, apa saja yang terjadi saat pembunuhan itu terjadi.

Pembaca seperti disuguhkan gambar virtual yang terang benderang. Ada eksepresi, ada warna, dan ada emosi di dalamnya. Mencengkam. Sekaligus menjijikkan.

Sebelum berita JAH dan Sri ini, saya beberapa kali juga "mendengar" berita semacam itu di radio. Salah satu yang masih saya ingat adalah: Penyiar radio menjelaskan secara rinci bagaimana seorang ibu membunuh anaknya di kamar mandi. Penjelasan penyiar itu begitu lengkap dan rinci. Membuat saya tidak enak mendengarnya. Mungkin saya terlalu sensitif.

Saya kira, jurnalistik memang menuntut berita yang jelas, lengkap, terang, dan penuh rincian. Tapi tentu selalu ada pemilihan mana yang harus rinci dan mana yang tidak. Soal rincian cara membunuh menurut saya tentu tidak perlu. Tak ada gunanya.

Ini sama saja reporter menggambarkan adegan seks secara lengkap dan panjang lebar.

Pembaca tidak membutuhkan informasi rinci soal cara penjahat bereaksi, apalagi adegan pembunuhan.

Saya menganggap reporter yang melaporkan cara membunuh secara rinci ini lebih tepat disebut menyebarkan cerita murahan agar beritanya dianggap hebat. Kurang lebih sama dengan reporter yang menjelaskan adegan pemerkosaan secara detil, urut, lengkap, dan rinci.

Reporter seperti ini tidak bisa dianggap telah memberikan berita yang jelas, lengkap, dan dalam. Sebab, kedalaman berita kriminal tidak terletak pada informasicara membunuh. Kedalaman berita kriminal terletak pada kemampuan reporter mengungkap motif si pelaku, dan membongkar siapa dalang pembunuhan itu.

Saya mengusulkan kepada seluruh editor media massa agar mereka membuang bagian rincian cara penjahat membunuh korbannya.

Tidak ada manfaatnya informasi yang rinci soal membunuh. Informasi itu juga menjijikkan. Dan, mungkin bisa juga mengilhami penjahat lain untuk melakukan karena dianggap modusnya baru atau efektif dilakukan.

Biarlah, rincian cara penjahat membunuh itu diketahui oleh polisi, jaksa, dan hakim. Wartawan boleh saja mendengarkan, tapi jangan diceritakan lagi kepada publik dengan rinci. Cukup garis besarnya saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun