Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Alternatif Mengelola Hewan Qurban

26 September 2014   03:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14116582561450518929

[caption id="attachment_361727" align="aligncenter" width="624" caption="Pedagang kambing menjajakkan hewan kurban di trotoar Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2013). Menjelang Idul Adha 1434 H, sejumlah pedagang mulai marak menjajakkan hewan kurban di pinggir jalan dengan harga bervariasi mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta. (WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)"][/caption]

Betapa tinggi semangat orang Indonesia berqurban hewan pada setiap lebaran Idul Adha datang. Ini terlihat banyak penjual kambing dan sapi menjelang lebarang. Ketika lebaran berlangsung, pemotongan hewan terjadi di setiap sudut kota. Pada hari yang sama banyak keluarga ‘pesta daging’. Mereka bikin satu, sop, atau makanan lain berbahan baku hewan qurban.

Sebagian hewan Qurban memang jatuh kepada orang miskin, yang jarang makan daging karena mahal. Mereka benar-benar merasakan lebaran pada hati itu karena bisa makan mewah, daging qurban yang diolah menjadi lauk untuk teman makan satu atau dua hari setelah lebaran habis.

Tetapi, setelah dibagikan ke orang miskin, di beberapa tempat daging qurban masih bersisa. Jadi, di wilayah ini terjadi kelebihan daging hewan. Kendati sudah dibagikan, tetapi masih tersisa bungkusa daging yang tak tersalurkan. Jadi, mereka mengadakan ‘permainan’ bakar daging atau makan sop. Mereka bukan orang miskin, dan tidak lapar pula. Mereka hanya memanfaatkan sisa daging qurban yang tidak habis dibagikan.

Tiga hari setelah lebaran, daging ini benar-benar habis. Tidak bisa dinikmati lagi. Si miskin kembali puasa daging. Dan si kaya, tak soal. Ia tetap makan daging yang dibeli di pasar, warung, atau restoran.

Apakah ada cara lain untuk menikmati hewan qurban?

Saya mengusulkan begini:

Saya kira pemerintah ada baiknya membuat panitia qurban secara nasional. Atau lembaga yang lebih permanen mengurus qurban sepanjang tahun. Jadi, ada karyawan yang mengurus soal qurban ini sepanjang tahun.

Pekerjaan lembaga ini adalah:

Menerima hewan qurban dari masyarakat yang hendak berqurban di hari raya idul adha. Masyarakat memberikan qurban dalam bentuk uang seharga satu ekor kambing, atau satu ekor sapi. Atau sekelompok orang patungan berqurban sebesar satu hewan satpi atau kambing.

Lembaga ini atau panitia membelikan kambing atau kerbau dengan menggunakan uang yang telah dikumpulkan dari masyarakat tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun