Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rangkap Jabatan Rektor UI Itu Seperti Berpoligami

24 Juli 2021   11:26 Diperbarui: 24 Juli 2021   11:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di Indonesia bisa saja UI menjadi universitas terbaik. Tetapi, dibandingkan perguruan tinggi lainnya di dunia, sudah pasti UI tidak masuk kelompok yang terbaik.

Jadi dari segi ini saja banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh rektor.  UI membutuhkan perhatian yang lebih besar dari rektor, atau rektor diminta bekerja lebih keras untuk meningkatkan kualitas UI dan menghasilkan lulusan terbaik.

Saya jadi ingat, kutipan dari Goenawan Mohamad: Dibutuhkan seseorang yang 24 jam waktu dan perhatiannya dicurahkan untuk menjadikan Tempo sebagai majalah mingguan berita terbaik di Indonesia.

Kampus UI memang bukan institusi media bisnis seperti Tempo. Namun semangatnya bisa diambil. Yaitu banyak sekali hal yang harus diperhatikan agar kampus UI bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Kualitas sarjana yang dihasilkan oleh UI tidak bisa diserahkan kepada rutinitas yang selama ini berjalan. Apalagi di zaman internet semakin cepat ini, banyak hal yang berubah dengan cepat pula. Tentu banyak penyesuaian yang harus dilakukan oleh UI. 

Apalagi sekarang ada perubahan yang dibawa oleh Mas Menteri Nadiem, yang menawarkan Konsep Kampus Merdeka kepada kampus.

Semua perubahan itu, tidak bisa berjalan dengan baik jika rektor hanya menyediakan waktu 50% untuk UI, dan sisanya untuk institusi lain. Padahal gaji rektor diterima 100%.

Begitu pula BRI, mempunya dinamika sendiri yang harus dipantau oleh komisarisnya. Jika komisaris hanya datang saat rapat saja, dan  apalagi semua kebijakan disiapkan oleh staf, seperti pada umumnya komisaris BUMN saat ini, ya tidak bagus juga buat BRI. Unfaedah juga seorang prof duduk di bangku komisaris di salah satu bank terbesar di Indonesia itu. Apalagi sekarang masyarakat mendapat contoh kerja komisaris yang baik dari Ahok, yang banyak memberikan masukan kepada direksi.

Jadi kedua belah pihak akan dirugikan jika rektor kerja rangkap. Ini sama saja dengan seorang pria yang beristri dua. Mana mungkin bisa memberikan perhatian dan kemajuan kepada dua rumah tangga si pria. 

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga bisa melihat sekitar kita. Orang yang bekerja rangkap, tidak akan menghasilkan kinerja baik pada keduanya. Saya kenal seorang pegawai negeri yang juga menjalankan usaha pariwisata di luar kantor. Bisa ditebak, mungkin tubuhnya berada di kementerian tapi HP-nya terhubung dengan rekan bisnisnya. 

Jadi, para rektor yang ingin bekerja rangkap itu, harus ingat. Dia sudah pasti orang pintar, karena sudah diangkat oleh koleganya atau wali amanat UI sebagai rektor. Tentu saja majelis wali amanat itu  memilih rektor tidak seperti mengocok dadu. Banyak hal yang dipertimbangkan.

Nah, jika orang yang dipilih oleh wali amanat ini bekerja lagi di tempat lain, tentu ini namanya merendahkan amanat yang diberikan oleh wali amanat. Mungkin juga bisa disebut berkhianat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun