Apa salah tempe kok dikambinghitam sebagai karater pecundang?
Mental tempe jika dilihat dalam idiom bahasa Indonesia diibaratkan sebagai orang bermental lemah, gampang putus asa, takut mengambil resiko.
Padahal tempe itu kalau diolah jadi mendoan, keripik, sambal, bacem dll rasanya maknyusss tenannnn...
Lantas apa tujuan saya menulis mental tempe fisik kerupuk? Sebenarnya saya lebih ingin untuk autokritik dan mengamputasi mental saya sendiri (bahasanya rada-rada sadis).Â
Terutama sejak masuk ke bisnis Kanhen Water. Melihat video dan Kaget dr. Andhyka mengikuti ABC dr. Zaidul dan KAGET yang diadakan KAT Jogjakarta. Ternyata oh ternyata, itu tidak terlalu mempan memenggal kepengecutan diri saya untuk ACTION dan ACTION lebih maksimal lagi. Walau sudah pernah mengadakan KAGET sendiri di Malang dan beberapa kali mini Kaget di Jogjakarta, tapi kok rasanya mental tempe saya belum juga garing masih melempem.
Rencana demi rencana, step per step, planning by planning, target on target dan seabrek-abrek konsep mentok di tembok. Apa yang salah?
Ternyata oh ternyata, mental saya madih terpaktu pada mental pekerja ingin hasil yang pasti-pasti saja. Takut berspekulasi dengan peluang dan waktu dan terus terkungkung dalam tempurung zona nyaman. Sudah (TITIK.) sampai di sini....
Selanjutnya apa...?
Kembali ke basecamp berguru kepada leader sampai botak beruban (maaf kalo ada tersinggung) untuk legowo dengan ilmu MANUT untuk menjalankan titah dan petuah...dan konsisten untuk dijalankan. InsyaAllah...
Oke, berguru kembali ke leader itu sudah mulai saya jalani dan lakukan (mudah-mudahan jadi murid kesayangan para leader, aamiin...)
Tapi ada masalah serius dengan "fisik kerupuk" saya. Keliatan dari luar begitu  menggoda, ganteng dan menawan hati (begitu kata istriku sambil megangin perutnya yang tiba-tiba mules...) tapi aslinya babak belur di dalam. Kena air dikit langsung lisut...kena angin melempem.