Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistansi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan "prinsip adanya" (principe de'detre) manusia.Â
Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah sprangkat gagasan tentang "sesuatu yang olehnya" manusia menjadi apa yang terwujud, "sesuatu yang olehnya" manusia memiliki karakteristik yang khas, "sesuatu yang olehnya" ia merupakan sebuah nilai yang unik, yang memiliki sesuatu martabat khsusus"(Luois Leahy, 1958). Jadi, pada dasarnya manusia sudah memiliki martabat dan modal dasar pengetahuan untuk dapat dikembangkan.
Pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan karakteristiknya masing-masing dan usaha sadar untuk membersihkan hati dari noda-noda yang hina atau bernazis.Â
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting bahkan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, terutama pada zaman yang semakin canggih ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat dunia semakin sempit.Â
"Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu bangsa (masyarakat) terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.Â
Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas bukan hanya proses yang berlangsung di dalam tempat yang formal saja. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Kebaikan dan kebersihan hati sangat menentukan peradaban. Peradaban erat kaitannya dengan kebudayaan. Kebudayaan pada hakikatnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Â
Kemampuan cipta (akal) manusia menghasilkan ilmu pengetahuan yang berdasarkan atas terbebasnya hati dari nazis. Manusia sebagai mahluk beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur. Sopan, berahlak, berbudi pekerti yang luhur menunjukan pada perilaku manusia dan menandakan bahwa manusia tersebut adalah manusia yang berpendidikan.Â
Kaelan (2002) menyatakan bahwa manusia yang beradab adalah manusia yang mampu melaksanakan hakikatnya sebagai manusia. Kebalikanya adalah manusia yang biadab adalah manusia yang tidak berpendidikan dan tidak berbudaya walaupun bergelar banyak dan berkedudukan tinggi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI