Mohon tunggu...
Joni MN
Joni MN Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi

Pengkaji dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Benarkah Sudah Fitrah?

23 Mei 2020   16:01 Diperbarui: 23 Mei 2020   15:52 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Berdasarkan diskusi kajian sosial yang meliputi pendekatan kajian psikologi sosial dan  kajian psikologi indejeniusitas, maksud dari kefitrahan seperti yang umum kita dengar dan ketahui dari pemahaman ulama-ulama, yang mana mereka menyatakan  bahwa setelah selesai berpuasa di bulan Ramadhan, maka kita akan kembali kepada kondisi fitrah, yaitu kembali pada kondisi yang normal, artinya kembali kepada iman dan ihsan.

Kondisi diri yang normal dalam konteks kembali fitrah, yakni tercermin dalam bentuk tindakan seseorang hamba Allah yang berlapang dada, karena sudah benar-benar ikhlas dalam.menjalankan puasa, maka tindakan dan perilaku kembali normal, yakni bersih seperti baru lahir.

Tindakan-tendakan semacam ini lebih kepada jiwa dan tidak terikat serta sudah terbebaskan dari keinginan dan keperluan duniawi, kemudian kondisi ini selalu disikapi dengan ketenangan dan tentram jiwa, yakni berlapang dada atas ujian atau cobaan-cobaan yang diturunkan Tuhan.

Selanjutnya, jiwa yang tenteram dan tenang, yakni jiwa yang kembali pada fitrah adalah  jiwa yang hanya punya satu tujuan. jiwa yang selalu ingin kembali kepada Tuhan Penciptanya. jiwa yang tidak terikat denganh arta benda duniawi dan jiwa yang sudah menanggalkan penyakit-penyakit bathin yang merasuk ke dalam jiwa (seperti: iri, dengki, kecemburuan sosial, sombong, menghasut, ria,, sirik, penjilat, mengadu-domba dan pelit), dalam konteks kajian kemanusiaan dan religi pembahasan ini lebih kepada moral manusia yang Islami.

Pelepasan diri dengan sengaja dari ke-10 unsur perusak moral insan Islami di atas adalah suatu bentuk penanggalan diri dari kemusrikan dan kemunafukan yang penyebeb runtuhnya moral insan yang Islami.

Tertanggalnya penyebab tersebut dari dalam diri akan dapat membangun diri manusianya lebih bermoral yang meliputi kandungan nilai konstruktif, inovatif dan kreatif yang Islami dalam bertindak dan berinteraksi dengan sesama secara damai yang mampu menciptakan kenyamanan dan keharmunisan hidup bersama.

Bertutur kata santun, bertindak sopan, sabar, bersahabat yang tulus, bijak dalam memilih berita mana yang benar dan mana yang hoak, tidak terpancing oleh perkataan si pendadu domba, dan selalu berniat dalam kebaikan di semua aspek kehidupan. Inilah sebagian dari bentuk-bentuk perusak moral insani yang Islami dan apabila hal-hal ini sudah hilang kondisi hati kembali normal seperti awal kelahiran, artinya tidak ada noda dan bercak apa pun tentang kejelekan inilah yang disebut kembali kepada kondisi normal (fitrah).

Ke-10 unsur penyebab rusaknya fitrah manusia seperti yang tersebut di atas merupakan kotoran  jiwa dan sampah batin seorang insan yang Islami. Kotiran ini jika dibiarkan mengendap di dalam sel-sel darah merah dan darah putih pada tubuh manusia ini akan menumpuk di otak yang menjadi darah hitam dan kotor, yang menutupi sel-sel positif kelenjar otak, sehingga pradak ide dan pemikiran orang semacam ini selalu negatif, ketika orang berbuat baik dan mendekat ia selalu curiga ("jangan-jangan orang ini mendekati saya karena .....") dan pikiran-pikiran negatif lainnya.

Noda atau bercak hitam darah kotor yang terdapat di dalam tubuh manusia berpotensi membangun kejelekan atau ketidak normalan berpikir dan lainnya, sehingga dapat mengakibatan ungkapan/ ujaran-ujaran dan tindakan-tindakan yang bernilai menyakiti hati dan perasaan atau merusak. Maka, alangkah baiknya kembali kepada kefitrahan, yakni kepada kondisi hati dan pikiran yang normal.


*semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun