5 bulan lebih di sini, saya ingin mencoba membandingkan kehidupan di Korea dan di Indonesia, dari sudut pandang subyektif saya sendiri. Mari kita mulai.
1. Transportasi
Mungkin hal ini yang paling membedakan Korea dan Indonesia, tentu saja selain ras penduduknya. Transportasi di Korea jauh lebih rapi dibandingkan di Indonesia. Subway, kereta, pesawat, dan bus terintegrasi dengan baik dan saling terkait satu sama lain. Sebagai contoh, apabila saya naik bus kemudian dilanjutkan naik subway, saya tidak akan membayar penuh untuk keduanya. Biaya yang saya keluarkan untuk naik subway akan jauh lebih murah karena sebelumnya saya sudah naik bus (1300 Won menjadi 200 Won). Terlihat jelas bahwa bus dan subway terkoneksi dengan baik.
Lebih jauh, kita lihat kereta. Korea memiliki KTX, kereta yang berjalan dengan kecepatan 300km/jam. Ini adalah kereta terbaik di Korea. Bandingkan dengan kereta terbaik di Indonesia, sejenis Argo Lawu atau Bima. Sangat jauh berbeda. Argo Lawu adalah sejenis kereta yang sama seperti kereta 'terjelek' di Korea, yaitu Mugunghwa. Dengan KTX, Seoul-Busan, +/- 450 km, ditempuh dalam waktu kurang dari 3 jam. Dengan Argo Lawu, Solo-Jakarta sejauh 600km ditempuh semalam (12 jam).
Itu jika transportasi dilihat dari sumber daya non-manusia. Sekarang mari kita lihat dari SDMnya. Memang tidak bisa dibandingkan apple to apple antara Indonesia dan Korea karena seperti yang kita tahu, ada begitu banyak penduduk Indonesia, tidak sebanding dengan jumlah penduduk Korea yang mungkin hanya 1/10nya. Tapi mari coba kita lihat.
Di Korea, hampir di semua jenis alat transportasi menyediakan mesin pembayaran otomatis. Di subway kita dapat membeli tiket menggunakan mesin penjual tiket, di bus kita tinggal memasukkan uang ke kotak di samping supir dan kembaliannya akan keluar secara otomatis, begitu pula dengan tiket kereta, cukup menggesek kartu kredit atau memasukkan sejumlah uang ke dalam mesin penjual tiket, dan tiket pun sudah berada di tangan kita. Lebih hebat lagi, hampir semua alat transportasi jarak jauh (dalam hal ini kereta api dan pesawat terbang) menyediakan sistem pemesanan tiket secara online. Ok, di Indonesia juga ada yang seperti ini. Bedanya adalah sebagian besar warga Korea dapat menggunakan fitur ini. Di Indonesia, mungkin hanya orang-orang tertentu yang dapat menggunakan fitur online.
Kembali ke SDM, di Indonesia, bus kota saja minimal menggunakan 2 orang untuk menjalankan bus dengan benar, yaitu supir dan kernet. Malah ada kemungkinan kernetnya lebih dari 2 orang, seperti pengalaman saya saat naik bus di Solo beberapa tahun lalu. Sama halnya dengan di stasiun kereta api. Orang yang jaga peron saja bisa lebih dari satu orang. Hal ini seakan-akan benar, karena menggunakan banyak tenaga kerja dan membuka lapangan kerja, tapi di sisi lain hal ini adalah pemborosan tenaga kerja. Sayang sekali ada 2 orang untuk menjaga peron dan menjadi kernet.
Namun dari transportasi, saya melihat satu kesamaan antara Korea dan Indonesia. Taksi. Begitu banyaknya taksi di Indonesia ternyata sama dengan begitu banyaknya taksi di Korea. Hampir di setiap bandara maupun stasiun kereta, armada taksi berjajar mengular panjang menanti datangnya para penumpang.
2. Keuangan
Kita beralih ke belanja. Bicara tentang belanja, sudah pasti kita akan berbicara tentang uang, dan pasti menyangkut nilai tukar uang. Nilai tukar KRW dan IDR sebenarnya tidak terlalu berbeda. 1 KRW = 8-9 IDR. Murah bukan? Benar, memang nilai tukarnya murah, tapi lihatlah harga barang-barang di Korea.
Hal yang paling dibutuhkan manusia adalah makan. Di Indonesia, harga standar untuk makan siang lengkap dengan minum dan lauk pauk adalah sekitar  7500-10000 IDR. Di Korea, untuk mendapatkan jenis makanan yang serupa, kita perlu mengeluarkan sekitar 4000-6000 KRW. Sekarang kita lihat biaya kos. Di Indonesia, kamar kos standar adalah sekitar 400ribu - 750ribu. Di Korea, sama seperti di Indonesia, biaya kos tergantung kota tempat kita tinggal. Sudah pasti kota-kota metropolitan seperti Seoul, Busan, dan Daegu lebih mahal dibandingkan kota-kota kecil seperti Gimhae, Gumi, maupun Jeonju. Namun range harganya sekitar 200ribu sampai 350ribu KRW.