Dalam sebuah perenungan, tiba-tiba hati saya merasa gembira. Hidup di sebuah negeri yang begitu indah. Tanah yang subur membuat orang orang di desa begitu bersemangat untuk bercocok tanam. Bukan hanya untuk dimakan, para petani bisa menjual hasil taninya dengan harga yang bisa mensejahterakan kehidupanya.
Dari segi pendidikan jangan di tanya lagi, semua orang begitu bersemangat untuk saling berlomba lomba menjadi yang terbaik, karena negara menjamin semua orang mendapatkan pendidikan yang gratis dari SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi bahkan jika mereka berprestasi maka akan di berikan padanya beasiswa sampai ke luar negeri untuk memperkaya ilmu maupun teknologi terbaru.
Setelah selesai menimba ilmu di negeri orang, mereka pun kembali untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu nya di negeri ini. Ada yang membuat pesawat, mobil listrik, teknologi komunikasi dan lain sebagainya, sehingga orang hebat dari negeri ini tidak tersisa lagi bekerja dan mengembangkan ilmu nya di negeri seberang. Hal ini pula yang menjadikan negara lain iri dengan negeri ini.
Suatu ketika, wabah terjadi di negeri seberang. Dengan sigap para pemangku kekuasaan mengkarantina semua wilayah negeri, termasuk menutup semua pintu masuk kedatangan orang disemua bandara maupun pelabuhan, dengan harapan wabah yang terjadi di negeri seberang itu tidak masuk dan menyebar di negeri ini.
Harapan pun menjadi kenyataan, tidak satupun orang yang terjangkit dengan wabah itu, sehingga semua rakyat menjadi aman dan tentram tanpa rasa takut akan wabah penyakit yang bisa menyebabkan kematian itu. Karena kesigapan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan negeri ini
rakyat pun bersuka cita, dan tentunya rakyat sangat mencintai pemimpinnya.
Dalam perenungan yang tidak lama itu saya tersadar. Kapan negeri impian ini bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H