Mohon tunggu...
Gedaton Jongos
Gedaton Jongos Mohon Tunggu... Hoteliers - GJ adalah Illustrasion fewer untuk keondisional Prevew sementara dan selamanya

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Lagi Mengulang Sejarah Kelam Poso

26 November 2017   08:35 Diperbarui: 26 November 2017   08:58 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelanggaran Ham terkait petahanan Negara menjadi simalakama , sejak dulu di Indonesia pelanggaran separatis , kelompok bersenjata , dan p[emberontakan selalu menghantui sejarah kemerdekaan bangsa ini , MUlai DI / TII, PKI , DOM Aceh , Timor-timor, Gerakan Papua Merdeka , Terorisme, semua  menggejala dalam lintas perjalanan sejarah di Indonesa. penlis tidak hendak membuka kelamnya sejarah Indonsia yang  telah pernah dibaca Penulis di PSPB waktu SMA , SNID ( sejarah Nasional dan Dunia ) entahlah apa sekarang masih adakah pelajaran sejarah di ajarkan di sekolah dan bagaimana mereka para guru mengajarkannya , betapa rumitnya merentang intersubjektifitas sejarah bangsa sendiri  yang serta merta netral , akademis , dan bebas dari unsur rekayasa politik, disini penulis  mengungkap sejarah sedikit tentang poso sembari minta maaf sebesar- besarnya kepada penulis besar Indonesia,

Fakta sejarah yg sangat menarik bahwa gerakan kerusuhan yg dimotori oleh umat Kristen di mulai pada awal Nopember 1998 di Ketapang Jakarta Pusat dan pertengahan Nopember 1998 di Kupang Nusa Tenggara Timur kemudian disusul dgn peristiwa penyerengan umat Kristen terhadap umat Islam di Wailete Ambon pada tanggal 13 Desember 1998. Dan 2500 massa Kristen di bawah pimpinan Herman Parino dgn bersenjata tajam dan panah meneror umat Islam di Kota Poso Sulawesi Tengah pada tanggal 28 Desember 1998. Apakah peristiwa ini realisasi dari pidato Jendral Leonardo Benny Murdani di Singapura dan ceramah Mayjend. 

Theo Syafei di Kupang Nusa Tenggara Timur? Tetapi yg jelas Presiden B.J. Habibie yg menurut L.B. Murdani lbh berbahaya dari gabungan Khomaeni Saddam Husein dan Khadafi baru berkuasa 6 bulan saja sehingga perlu digoyang dan kalau perlu dijatuhkan. Apabila fakta-fakta ini dikembangkan dgn lepasnya Timor-Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Gerakan Papua Merdeka dan Gerakan Aceh Merdeka serta tulisan Huntington 1992 setelah Uni Sovyet yg menyatakan bahwa musuh yg paling berbahaya bagi Barat sekarang adalah umat Islam;dalam buku dan tulisan Jhon Naisbit dalam bukunya Mindset gobal paradox : megatrend 200 , semua sekilas di terangfkan panjang lebar dan luas cakupannya 

MegatreN  Meramalkan, Bahwa Indonesia akan terpecah belah menjadi 28 negara kecil-kecil; maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa kerusuhan-kerusuhan tersebut adalah suatu rekayasa Barat-Kristen utk menghancurkan umat Islam Indonesia penduduk mayoritas mutlak negeri ini. Kehancuran umat Islam Indonesia berarti kehancuran bangsa Indonesia dan kehancuran bangsa Indonesia berarti kehancuran/kemusnahan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Oleh karena itu penyelesaian kerusuhan/konflik Indonesia khususnya Poso tidak sesederhana sebagaimana yg ditempuh oleh Pemerintah RI selama ini sehingga tiga tahun konflik itu berlangsung tidak menunjukkan tanda-tanda selesai malah memendam "bara api dalam sekam". 

Hal ini bukan saja ada strategi global di mana kekuatan asing turut bermain, terutama China , Korea , jepang , sufyet , akan menyingkirkan pasar eropa dan amerika ,juga menggambarkan semua ikatan politis dan kapitalis disati sisi tetapi ada juga ikatan agama yg sangat emosional turut berperan. Sebab agama menurut Prof. Tilich  sebagai "Problem of ultimate Concern"sehingga tiap orang pasti terlibat di mana obyektifitas dan kejujuran sulit dapat diharapkan. Karenanya penyelesaian konflik Poso dgn dialog dan rekonsiliasi bukan saja tidak menyelesaikan konflik tersebut sebagaimana pernah ditempuh tetapi malah memberi peluang kepada masing-masing pihak yg berseteru utk konsolidasi kemudian meledak kembali konflik tersebut dalam skala yg lebih luas dan sadis. 

Konflik yg dilandasi kepentingan agama ditambah racun dari luar apabila diselesaikan melaluirekonsiliasi seperti kata pribahasa bagaikan membiarkan "bara api dalam sekam" yg secara diam-diam tetapi pasti membakar sekam tersebut habis musnah menjadi abu. Pada tanggal 20 Agustus 2001 umat Islam yg sedang memetik cengkeh di kebunnya di desa Lemoro Kecamatan Tojo Kabupaten Poso diserang oleh 50-60 orang umat Kristen yg berpakaian hitam-hitam membunuh dua orang Muslim dan mengobrak-abrik rumah-rumah orang Islam. 

Pengungsi Laporan US Comitte of Refugees tentang Indonesia yg diterbitkan Januari 2001 menyebutkan dalam kerusuhan/konflik Poso yg terjadi selama tiga tahun belakangan ini pihak Muslim telah menderita secara tidak seimbang. Dalam laporan itu disebutkan jumlah pengungsi akibat konflik Poso kini sebanyak hampir 80.000 orang dan diperkirakan 60.000 orang adl Muslim. ( professor Djebeng  Wangsitaladja  ASFQS) SF IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1996.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun