Mohon tunggu...
Money

Pepsi dan Coca-Cola: Strategi Ekonomi Politik Amerika Serikat

24 Juni 2015   12:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina dapat dikatakan sebagai konflik abadi yang berawal pada akhir abad ke 19 atau sekitar tahun 1920. Konflik Israel-Palestina merupakan konflik antara dua kubu yakni bangsa Israel (kaum Yahudi) dan bangsa Palestina itu sendiri.Konflik ini mengakibatkan perang antara kedua kubu tersebut yang terjadi karena memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan teritorial.[1]Perang yang telah berlangsung lama ini telah memakan korban ribuan jiwa. Data yang terhitung dari 1987 sampai 2011 tercatat terdapat 7978 korban warga Palestina akibat perang tersebut dan terdapat 1620 korban yang usianya berada dibawah 18 tahun. Sedangkan korban Israel mencapai 1503 dan didalamnya terdapat 142 korban yang usianya dibawah 18 tahun.[2]

Perang Israel-Palestina memberikan kontroversi di mata dunia, kini perang tersebut dipandang bukan dalam perang agama lagi melainkan hilangnya sisi humanis.Tidak dapat dipungkiri bahwa perang Israel-Palestine diisi oleh kepentingan-kepentingan negara lain, seperti Amerika Serikat. Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang memiliki hubungan istimewa dengan Israel sejak lama. AS merupakan negara pertama yang mengakui berdirinya Negara Israel pada tahun 1948.Israel merupakan wilayah strategis bagi AS secara geopolitik dan merupakan sekutu Non-NATO terdekat di daerah Timur Tengah. NATO merupakan sebuah organisasi internasional yang meresmikan gencatan senjata dalam memelihara keamanan dari berbagai serangan.[3] Oleh karena itu, Israel merupakan salah satu negara yang memberikan keuntungan bagi AS itu sendiri.

AS merupakan negara yang paling banyak memberikan dukungan kepada Israel dalam perang Israel-Palestina. Keistimewaan hubungan antara AS dan Israel dibuktikan dari sejumlah pasokan dana, senjata dan dukungan politik yang diberikan oleh AS. Terhitung sejak perang dunia ke II, AS memberikan dana bantuan langsung sebesar 156 trilyun dolar pada periode 1949-2006. Kemudian pada tahun 2003, Israel menerima sekitar satu per tiga dari total anggaran bantuan AS untuk luar negeri. Jumlah yang tidak seimbang jika dibandingkan dengan dana anggaran yang dikeluarkan oleh AS untuk bantuan ke luar negeri lain.

Sejumlah data menunjukan bahwa sekitar tahun 1949-1965 bantuan AS pada Israel mencapai sekitar $63 juta. Tahun berikutnya periode 1966-1970 meningkat menjadi $102 juta. Kemudian tahun 1971-1975 meningkat menjadi $1 milyar. Dan tahun 1976-1984 meningkat lagi menjadi $2,5 milyar.[4]AS juga memberikan pinjaman uang yang kemudian hutang tersebut dihapuskan sebelum dilunasi. Laporan Washington memperkirakan bahwa sejak tahun 1974 sampai 2003, Israel diberikan untung sebesar lebih dari $45 milyar dari hutang yang dihapuskan.[5] Angka-angka tersebut merupakan angka fantastis dan terhitung dalam jutaan dollar Amerika. Tentu sebuah keuntungan khusus bagi Israel yang menjalin hubungan dekat dengan AS sebagai pemasok utama dalam perang Israel.

Tidak hanya itu, AS juga mengalokasikan dana sebesar $5 milyar dari penghasilan pajak setiap tahunnya kepada Israel. AS juga terus memberikan bantuan militer kepada Israel sebesar $1,8 milyar setiap tahun.[6]Antara tahun 1996-2006, Israel meneruma bantuan dana dari AS dalam bidang militer sekitar $24 milyar. AS memberikan bantuan dana militer pada Israel melalui program Foreign Military Financing (FMF) dengan memberikan 50% dari total dana anggaran dan pesawat tempur, salah satunya yakni jet tempur F-15 buatan Amerika. AS merupakan negara adi kuasa yang dapat dengan bebas mengatur atau membuat kebijakan yang mereka inginkan. Melalui program dan organisasi internasioal yang mereka bentuk, AS dengan leluasa dapat memasok kebutuhan dana militer untuk perlengkapan perang Israel.

Dukungan bertubi-tubi yang diberikan AS kepada Israel tidak hanya bantuan secara finansial saja, AS juga memberikan dukungan politik kepada Israel. Amerika Serikat merupakan egara yang memiliki pengaruh besar dalam forum dan organisasi dunia, salah satunya adalah dalam organisasi internasional PBB. Pada tahun 1972, AS menggunakan hak vetonya. Hak veto merupakan hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan peraturan dan undang-undang atau resolusi. Hak veto dalam PBB hanya dimiliki oleh beberapa negara saja, seperti Inggris, Rusia, China, Prancis dan Amerika Serikat.[7] AS terhitung telah menggunakan hak vetonya sebanyak 2 kali yang digunakankhususnya terhadap resolusi yang ditujukan bagi Israel dalam mencegak disahkannya revolusi PBB S/10784 paragraf 74 yang mengutuk tentang penyerangan Israel ke Lebanon dan Syria.[8] Hal tersebut mencerminkan bahwa AS dan Israel menjalin hubungan yang spesial.

Bantuan yang diberikan AS terhadap Israel juga didukung dengan adanya sebuah organisasi yang bernama American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). AIPAC merupakan sebuah kelompok di Amerika yang bertujuan untuk melobi Kongres Amerika Serikat dan badan eksekutif pemerintahan dengan tujuan menghasilkan kebijakan yang meningkatkan hubungan dengan Israel. Organisasi yang dibentuk pada tahun 1963 membantu meningkatkan bantuan dan dukungan AS kepada Israel dan menjadi sebuah kelompok yang paling berpengaruh dalam politik AS.[9]Hubungan istimewa ini tentu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. AS memiliki strategi politik untuk mempertahankan kekuasaan dan mendukung kepentingan negara lain yang memiliki keuntungan bagi AS itu sendiri.

Dukungan yang diberikan oleh AS kepada Israel tentu didapatkan dari anggaran negara, seperti pajak. Pajak yang dihasilkan dari berbagai jenis produk dijumlahkan dalam satu kesatuan untuk dana bantuan perang ke Israel. Salah satu strategi pengumpulan dana yang ditarik lewat pajak untuk bantuan dana Israel adalah dengan menjual produk buatan AS dalam penjuru dunia, seperti menjual softdrink Pepsi dan Coca-Cola. Pepsi merupakan merek minuman ringan buatan Amerika Serikat yang diproduksi oleh PepsiCo. Sedangkan Coca-Cola merupakan minuman berkarbonasi yang di produksi oleh The Coca-Cola Company yang dijual lebih dari 200 negara di dunia. Kedua perusahaan minuman raksasa ini merupakan investasi besar bagi AS dalam hal pemasukan pajak. Produk minuman yang telah mendunia ini dapat kita temui diberbagai jenis tempat penjualan, seperti warung, market, toko, restoran dan lain sebagainya.

Keuntungan yang diperoleh dari penjualan minuman internasional tersebut dapat mencapai miliaran juta dollar setiap tahunnya. Pada tahun 2011, Pepsi yang berbasis di Purchase, New York mengalami peningkatan keuntungan yakni sebesar $2 milyar untuk periode 3 September 2011. Keuntungan terbesar didapatkan dari luar negeri, seperti Eropa yang tercatat mengalami peningkatan pendapatan 37%. Di Amerika Latin mencatat bahwa kenaikan pendapatan sebesar 19%, dipimpin oleh Meksiko dan Brasil.[10] Kenaikan yang mereka alami tentu membawa keuntungan tersendiri bagi Amerika. Pepsi dan Coca-Cola menuai berbagai kontroversi dalam hal stategi yang digunakan oleh AS untuk pemasukan dana perang Israel.

Pepsi dan Coca-Cola dianggap sebagai salah satu produk yang dijual dan hasilnya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan dana perang Israel. Institut Riset Media Timur Tengah (MEMRI) merilis bahwa Pepsi merupakan sebuah singkatan pada Februari 2009. Pepsi merupakan kepanjangan dari “Pay Every Penny to Save Israel” atau “sumbangkan setiap koin untuk menyelamatkan Israel. Penny merupakan jumlah nilai terkecil dari satu mata uang atau setara dengan satu sen. Dengan kata lain, setiap membeli produk Pepsi berarti sama saja dengan memberikan sumbangan sebesar satu sen untuk dana perang Israel. Sumbangan tersebut memang termasuk kedalam kategori mata uang terkecil, tetapi jumlah yang dihasilkan dan dijual produk pepsi dapat mencapai ribuan botol dalam waktu satu hari.

Arti kepanjangan Pepsi tersebut juga dikemukakan oleh seorang anggota parlemen organisasi Hamas di Gazza Salem Salamah setahun sebelumnya tepatnya pada April 2008.[11] Ia menyatakan bahwa Pepsi merupakan perisahaan terkemuka yang memiliki cabang diseluruh penjuru dunia dan merupakan salah satu perusahaan Amerika yang mambantu dana perang Israel. Kemudian, seorang pemuka Mesir, Hazem Abu Ismail juga meyakini akan kepanjangan dari Pepsi tersebut.[12] Dengan pembelian produk Pepsi maka secara tidak langsung akan sama saja menyumbangkan sebuah penny untuk membantu menyelamatkan Israel.Pepsi merupakan perusahaan yang berdiri di AS, dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan strategi ekonomi yang dilakukan AS dalam hal pengumpulan dana untuk Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun