22.10.2011
Di penghujung pekan dalam suasana yang dingin, hujan sejak subuh telah turun begitu derasnya hingga kini. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Tak hanya hujan saja yang ikut membasahi bumi tempat dina berpijak, hati dan mata pun ikut dibasahi oleh kesedihan.
Dina kini telah menjadi orang tua tunggal bagi ketiga orang putrinya. Kematian suami yang dicintainya hari ini sudah cukup membuat hati dan perasaannya tak bersemangat menjalani hidup esok, tulat, tubin, dan seterusnya. Hanya pelukan hangat dari ketiga putrinya yang membuat ia tetap bertanggung jawab membesarkan dan meneruskan kehidupan keluarga.
*****
Aldi masih duduk dibangku taman, menanti kehadiran pacar tercintanya. Kali ini tekatnya sudah bulat untuk menikahinya. Hubungan aldi dan kekasihnya sudah berjalan tiga tahun, dan aldi sudah memiliki usaha yang cukup mapan untuk membangun sebuah keluarga baru. Kali ini aldi ingin melamarnya dengan sebuah kejutan yang telah dia siapkan di tengah taman. Sepuluh menit telah berlalu, tapi yang di tunggu tak kunjung datang. Lima menit kemudian, barulah dina muncul dari belakang aldi yang tampak sedang gelisah menanti kedatangan dina.
"Hai sayang..." Sambil menutup mata aldi
"Aduh... Kamu kagetin aja..." Perasaan aldi makin tak karuan, karena dina tiba-tiba muncul tanpa diketahuinya. "Koq lama amat?"
"Jalanannya macet banget sayang..." Sambil merangkul pundak aldi dan memberi kecupan syang di pipi.
"Koq tumben sih, kamu minta ketemuan disini?" Tanya dina
"Iya... Mengenang dulu tiga tahun lalu aku nembak kamu di bangku ini..." Sambil memberikan senyuman manis kepada dina. "Kamu masih ingatkan?"
"Iya donk... Abis itu kita pergi nonton di bioskop megaria" jawab dina "sayang sekarang bioskopnya udah berganti nama"