Mohon tunggu...
JONGFLORES
JONGFLORES Mohon Tunggu... Jurnalis - Do Little Things Today For Get The Best Tomorrow

Sesuatu akan menjadi besar jika kita memulai dari hal yang sangat kecil sekalipun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi

13 Oktober 2021   18:52 Diperbarui: 13 Oktober 2021   19:07 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mama Mince, salah seorang warga yang diborgol tangannya/Dokpri

Sesungguhnya Malawaka merupakan lokasi alternatif yang tepat untuk pembangunan waduk Lambo karena disana jauh dari pemukiman warga, memiliki topografi yang tidak jauh berbeda dengan Lowo Se dengan luas area yang hampir sama dengan Lowo Se, disana tidak ada tempat ritual  atau perkuburan Leluhur, hanya sedikit area perkebunan warga sehingga tidak terlalu berdampak pada mata pencahrian warga sebagai petani. 

Demikian juga akses ke Malawaka pun tidak sulit dan hemat biaya dengan jarak kurang lebih satu kilo meter sudah bisa mencapai titik nol Malawaka.

Merasa prihatin dengan situasi akhir – akhir ini yang terjadi di kampung halaman, tanah air tempat ia dilahirkan, Herman Yoseph Junago, salah seorang warga Rendu Butowe yang saat ini tinggal dan berdomisili di Malang, Jawa Timur menyurati Presiden Jokowi untuk bisa mendengarkan jeritan masyarakat kecil yang selama ini diintimidasi dan dikriminalisasi sebagai akibat dari pembangunan waduk Lambo yang berlokasi di Lowo Se. Pembangunan waduk yang diindikasi sebagai Pembangunan Strategis Nasional (PSN).

Inilah isi surat tersebut:

                              “Suara Kaum Yang Tidak Didengar Suaranya”

Kepada

Yang Terhormat Bapak Presiden Joko Widodo

Salam Damai Sejahtera Untuk Bapak

Terkait rencana pembangunan waduk Lambo/Mbay di Nagekeo NTT yang berlokasi di Lowo Se, Desa Rendu Butowe, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT, Jokowi perlu mendengar jeritan warga terdampak.

Masyarakat Adat Rendu, Lambo dan Ndora yang pemukimannya berpotensi terkena dampak pembangunan waduk Lambo/Mbay, mereka sama sekali tidak anti pembangunan apalagi pembangunan itu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri dan juga untuk masyarakat Nagekeo pada umumnya.

Masyarakat Adat ketiga komunitas, pemilik tanah ulayat tersebut hanya minta agar lokasi di Lowo Se untuk rencana pembangunan waduk Lambo/Mbay dipindahkan ke lokasi alternatif yang telah berkali – kali mereka tawarkan. Karena bila lokasinya tetap di Lowo Se seperti yang dipilih dan diusulkan oleh Pemerintah Daerah Nagekeo kepada Presiden sebagai Proyek Strategis Nasional Pembangunan waduk Lambo/Mbay itu telah berkali – kali pula Masyarakat Adat Rendu, Lambo dan Ndora dengan tegas menolaknya karena berpotensi menenggelamkan pemukiman warga, perkebunan, padang ternak, kegiatan adat/ritual adat masyarakat setempat, sekolah, gereja/rumah ibadah. Dan yang tidak kalah penting adalah dari lahan perkebunan dan padang ternak inilah mereka bisa membiayai anak – anak mereka untuk boleh mengenyam pendidikan yang lebih tinggi di kota – kota besar di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun