Ngawinan, adalah sebuah dusun di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Kurang lebih setengah kilometer ke arah Kota Bandungan dari dusun ini terdapat Terminal Agribisnis. Pusat terjadinya transaksi jual beli sayur mayur terbesar se-Jawa Tengah. Dusun ini pertama dibedol oleh Nyai Tangkisan yang makamnya terletak di bilangan sawah Lor Omah. Kurang lebih 500 jiwa penduduk tinggal di dusun ini. Memiliki jumlah 4 rukun tetangga/RW 04. Tercatat 100% penduduk beragama Islam ta’at. Kegiatan agama pun seringkali diadakan di dusun ini. Tidak lebih setiap minggunya terselenggara acara-acara keagamaan tentang beberapa pengajian hukum syari’ah, ketauhidan, maupun tentang tasawwuf dan lain-lain. Dengan memiliki kepercayaan menganut faham Ahlusunnah Wal Jama’ah –fiqih dari madzhab arba’ah, tauhidnya Imam Asy’ari dan tasawwufnya Imam Junaedi Al Baghdadi. Dengan satu panutannya K.H Ahmad Rifa’i yang menerjemahkan sekaligus menjelaskan tentang isi dari kitab para imam tersebut. Sering mereka menyebutnya kitab irengan (kitab berbahasa jawa-pegon, berisi tentang ilmu ushul, fikih, dan tasawwuf. dll). Tidak lain, dengan para pengajar santri Mbah Rifa’i yang tidak kalah ‘alimnya.
Bicara tentang “Somat” (serombongan anak muda tarajumah), lahir dari sebuah perkumpulan tim sepak bola Ngawinan. Yang hingga kini dijadikan simbol bagi mereka anak-anak muda Ngawinan. Tidak lain para pemuda ini menganut taslim dari ajaran K.H Ahmad Rifa’i. Sering diantara mereka mengikuti pengajian-pengajian ala ajaran A. Rifa’i di masjid maupun di beberapa mushola yang ada di dusun ini. Selain mudah dipahami tentang pengajian ini, karena bahasa kitab irengannya pun memakai bahasa jawa (baca : arab pegon-red). Sikap saling gotong royong dari anak-anak muda ini pun sangat kentara dan kental. Dilihat dari mereka sering mengikuti bahu-membahu membersihkan masjid, membersihkan sanitasi dusun sendiri dan lain-lain. Sikap ini terukir di benak para anak-anak muda dusun ini, sehingga seperti acara-acara bulan suci Ramadlan maupun hari-hari besar agama islam lain pun terlaksana dengan gegap gempita. Kekompakan mereka adalah penerus generasi Rifaiyah di seantero dunia pada umumnya dan Ngawinan khususnya.
Tanbihun tan keno ora wong nejo ngibadat
Arep mepeki sekehe rukun lan syarat
Sekeh rukun lan bathale weruhe dihajat
Sucine banyu wajib dihimmat
Utawi banyu kang sah ginawe sucine
Iku banyu pepitu warno wilangane
Banyu udan banyu segoro banyu kaline
Banyu sumur banyu sumberan tinemune
Banyu bon banyu burud iku kinaweruhan
Lamun durung paham moko wajib pitakonan
Barang ngelmu pahame saking guru pituturan
Takon mareng ngalim ngadil kaparcayaan
……………………………………………
Dan sederet bait kitab irengan lainnya yang sering terdengar di seantero dusun ngawinan sebelum pengajian dimulai oleh lantunan para pemuda Rifaiyah Dusun Ngawinan.
Kata orang, perjalanan masih panjang. Sebagai pemuda tetap menjalankan segala yang terbaik. Untuk mereka yang terlupa dan bangsa yang haus akan air pengetahuan para pemuda. Mari sudah saatnya bersama-sama dengungkan yel-yel perdamaian dan keberlanjutan Somat. Hingga pada akhirnya malaikat membantu kemulusan jalan kita ke surga Allah Sang Maha Pengampun.[]