Mohon tunggu...
Jonathan Febryan
Jonathan Febryan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jika Anda tidak dapat berkata-kata, Anda masih bisa menulis...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Betapa Bodohnya Diriku...

25 Januari 2014   15:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beban pikiran menumpuk, membuat seakan hidup saya tidak ada harapan lagi. Tidak ada sedikit pun semangat hari itu hanya termenung saja memikirkan harapan yang tidak terpenuhi. Saat itu sebelum lari pagi seperti biasanya saya meminum sebotol kratingdaeng untuk menambah energi saya. Dan sambil berlari saya sekalian mencari tempat sampah untuk membuang botol tersebut, namun di sana saya melihat seorang ibu yang sudah agak tua sedang mencari sampah-sampah yang masih berguna. Lantas saya memberikan botol itu kepadanya, siapa tahu berguna baginya. Ibu itu tersenyum ketika saya memberikan botol itu kepadanya, saya pun membalasnya dengan senyuman walaupun terpaksa, saya lantas melanjutkan lari saya.

Di suatu taman saya berhenti untuk beristirahat. Dan masalah itu pun kembali menghantui saya dan saya juga teringat akan senyuman ibu tadi. Saya tidak tahu mengapa ibu itu bisa-bisa saja tersenyum di tengah kondisi ekonomi keluarganya yang mungkin masih belum tercukupi. Seperti biasanya setiap pagi saya mendapatkan SMS motivasi dari teman saya, namun kali ini isinya hanya satu pertanyaan ‘Sudahkah Anda bersyukur untuk hari ini ?’ Saya langsung termenung dan memikirkan hal ini. Batin saya pun mengeluarkan kata-kata yang semakin lama membuat saya tersenyum.

Aku bersyukur karena aku masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup hari ini.

Tak terpikirkan oleh ku bahwa ternyata aku masih diberi kesempatan untuk hidup satu hari lagi, sungguh ku berterimakasih kepada Yang Maha Kuasa karna aku masih diizinkan untuk hidup satu hari lagi. Karena banyak teman-teman kita yang mungkin tidak diberi kesempatan untuk hidup satu hari lagi.

Aku bersyukur karena aku masih memiliki orang tua yang lengkap.

Aku bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bersama orang tua ku. Aku bersyukur atas pengorbanan mereka selama ini, aku bersyukur atas kasih sayang yang telah mereka berikan kepadaku walaupun terkadang aku juga menangis karena mereka, aku bersyukur karena aku masih bisa melihat mereka tersenyum pagi ini. Ingin rasanya setelah aku pulang ke rumah kucium kedua pipi orang tuaku. Sudah 17 tahun mereka menamani ku menjalani hidup ini, sungguh suatu hal yang terlambat pikirku untuk kusadari.

Aku bersyukur karena aku masih memiliki anggota tubuh yang lengkap.

Tidak semua orang di bumi ini dilahirkan dengan sempurna. Aku bersyukur sekali karena memiliki anggota tubuh yang lengkap. Aku bersyukur karena aku masih bisa menggunakan mereka dengan sempurna. Ingin rasanya kugunakan mereka untuk kebaikan orang lain. Ingin rasanya diriku bisa menjadi berkat untuk orang lain. Kenapa baru terpikir olehku...

Aku bersyukur karena masih memiliki teman.

Aku baru menyadari kalau ternyata aku hidup tidak sendirian. Tuhan memberikan kepadaku teman-teman yang boleh menemani ku di dalam suka ataupun duka. Aku tidak ingin kehilangan mereka, aku ingin mereka selalu bersamaku. Ingin rasanya kutraktir mereka makan disaat kami bertemu nanti.

Aku bersyukur karena aku masih mempunyai masalah.

Masalah di hidupku ini semua diizinkan terjadi karena kehendak Tuhan. Ternyata Dia masih memperhatikanku dengan membiarkan masalah ini menimpaku. Terima kasih Tuhan karena engkau masih menyertaiku selama ini. Aku yakin Engkau yang mengizinkan masalah ini terjadi maka Engkau juga yang akan menyelesaikannya dengan caraMu.

Air mataku menetes dengan senyum kebahagiaan. Ternyata inilah namanya hidup. Sungguh tak bisa kunggkapkan dengan kata-kata bagaimana perasaan di hatiku saat ini. Sungguh ku bersyukur Tuhan atas semua yang telah terjadi di hidupku. Orang tua, teman, kesehatan, dan semua yang telah Engkau berikan kepadaku. Aku merasa bodoh karena aku baru bersyukur kepadaMu atas semua ini. Aku merasa bodoh karena aku terlalu fokus kepada masalah hidupku yang ternyata tidak ada artinya dibanding dengan penyertaanMu selama ini. Sungguh Kau teramat besar yaa Allah ku. Sungguh Kau menjadikan hidupku luar biasa. Sungguh ku berterimakasih kepadaMu :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun