Mohon tunggu...
Jonedi Manalu
Jonedi Manalu Mohon Tunggu... -

Warga Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bom dan Antiklimaks Ketidakpercayaan Publik

25 September 2011   10:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:38 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa saat setelah ledakan BOM di GBIS Kepunton Solo, beberapa pesan singhkat segera saja bertebaran diangkasa dan merasuk pada setiap nomor telepon seluler yang ada pada genggaman kita. Entah sengaja atau kebetulana beberapa diantaranya masuk pula ke hand phone saya. Nadanya beragam, ada yang mengutuk, ada yang prihatin ada yang jijik ada yang menyerukan geran sosial bersama menghempang potensi penyebaran radikalisme, fantisme dan faham2 lain yang berpotensi melakukan kekerasan dan kekejian atas nama agama.

Dalam benak saya, apakah memang sebegitu mengerikannya hingga kita harus mengerahkan segenap energi untuk menjadi fokus pada titik pristiwa bom tersebut? Entah setahu bagaimana seorang kakak, seorang senior dan yang selama ini menjadi salah satu penganjur yang saya cukup kenal Daud Ginting menghubungi saya tidak lama setelah berita bom beredar di media nasional.

Namun yang aneh meski sama2 mengetahui bahwa hari ini peristiwa bom telah terjadi di Solo, namun sepertinya topik diskusi kali ini tidaklah langsung mengarah pada peristiwa ledakan bom dimaksud. Kita masih terus saja membahas berbagai keresahan sosial yang semakin hari semaki mengkhawatirkan, berbagai isu nasional yang tidak pernah selesai, karena satu isu belum tuntas muncul pula isu yang lain. Lalu segera setiap media menyuguhkan berita yang seragam, dengan analisa yang tidak jauh berbeda. Lalu sampailah kita pada pembahasan peristiwa bom tadi siang lalu bersepakat pula bahwa peristiwa ini kemungkian akan segera menenggelamkan beberapa isu nasional yang sedang menghangat, "bukankan kita telah terbiasa menjadi latah, gagap dan gugup?".

Isu korupsi yang melibatkan beberapa kementrian, hiruk-pikuk penyelenwengan anggaran yang melibatkan badan anggaran di dpr, kasus wisma atlit yang sepertinya akan terhenti sampai pada nazarudin dan beberapa isu krusial lainnya yang bahkan bukan tidak mungkin akan memojokan istana.

Pertemuan sore ini memberikan kita simpulan sementara bahwa, sesungguhnya hari ini kita janrang sekali menempatkan berbagai rangkaian peristiwa yang telah terjadi sebagai bagian yang tidak terpisah satu dengan ang lain. Bahwa ada keresahan sosial yang teramat sebagai efek dari ketidak adilan yang sangat.

Bom dan apapun bentuk kekerasan sosial lainnya semestinya tidak perlu terjadi jika saja penyelenggara negara menenpatkan keutamaan kepentingan publik diatas segalanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun