Sejak bencana COVID-19 melanda seluruh dunia, terjadi disrupsi dalam dunia aviasi di seluruh dunia yang menyebabkan peningkatan biaya transportasi udara secara signifikan.
Dalam data perkembangan harga bahan bakar pesawat yang diterbitkan S&P Global Commodity Insight, harga bahan bakar pesawat mengalami peningkatan sejak periode Januari 2022 yang disebabkan mulai meningkatnya kegiatan perjalanan selepas pelonggaran pembatasan kegiatan perjalanan akibat pandemic COVID-19 yang tidak diimbangi dengan meningkatnya produksi lifting bahan bakar pesawat.
Bahan bakar sendiri menjadi beban yang cukup besar bagi operasional industri aviasi dunia dengan rata-rata mencapai 28% dari beban operasional secara keseluruhan. Beban ini menjadi lebih berat pada tahun 2022 dikarenakan meningkatnya inflasi pada 38 negara dengan titik tertinggi mencapai 10.3% di bulan Juni 2022 yang lalu. Peningkatan inflasi di bulan itu juga turut memacu peningkatan harga bahan bakar pesawat sebesar 128% dibandingkan tahun sebelumnya. Selama 6 bulan pertama di tahun 2022, harga bahan bakar jet naik lebih dari 70% yang menandai salah satu kenaikan paling tajam sejak tahun 2002. Peningkatan harga ini juga didukung invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 yang mengakibatkan hilangnya pasokan dari Rusia, yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia
Beberapa upaya sering dilakukan perusahaan aviasi untuk melindungi nilai dari bahan bakar pesawat seperti membeli dalam bentuk kontrak, membeli call option, menerapkan lindung nilai, kontrak swap pembelian. Dalam pembelian kontrak, sebuah maskapai penerbangan meyakini bahwa harga akan naik di masa depan. Untuk memitigasi hal ini, maskapai penerbangan tersebut membeli kontrak minyak saat ini dalam jumlah besar untuk kebutuhan masa depan. Pembelian dengan call option memberikan hak (meskipun bukan kewajiban) kepada pembeli untuk membeli saham atau komoditas pada harga tertentu sebelum tanggal tertentu. Jika sebuah maskapai penerbangan membeli call option, ini berarti membeli hak untuk membeli minyak di masa depan dengan harga yang telah disepakati hari ini. Jika harga minyak saat ini adalah $100 per barel dan perusahaan penerbangan yakin bahwa harga akan meningkat maka perusahaan dapat membeli opsi beli sebesar $5 yang memberikan hak untuk membeli satu barel minyak seharga $110 dalam jangka waktu 120 hari. Jika harga minyak naik menjadi di atas $115 per barel dalam waktu 120 hari, perusahaan penerbangan tersebut akan menghemat uang.
Selain call option, demi menghindari kerugian, perusahaan aviasi juga memiliki opsi put option yang memungkinkan investor untuk menjual saham atau komoditas di masa depan dengan harga yang disepakati hari ini. Lindung nilai dengan put option digunakan untuk melindungi sebuah maskapai penerbangan dari penurunan harga minyak jika maskapai penerbangan tersebut memperkirakan harga minyak akan naik. Pada strategi swap, maskapai penerbangan melakukan lindung nilai terhadap potensi kenaikan biaya bahan bakar. Cara ini memiliki kesamaan call option hanya saja dengan pedoman yang lebih ketat. Pada call option, maskapai penerbangan diberi hak membeli minyak di masa depan dengan harga tertentu, namun tidak mengharuskan perusahaan untuk melakukannya sedangkan pada swap, mengunci pembelian minyak dengan harga di masa depan pada tanggal tertentu. Jika harga bahan bakar turun, perusahaan penerbangan berpotensi mengalami kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan strategi call option.
Sejarah Pesawat Bertenaga Listrik
Namun, semua usaha itu dirasa sia-sia apabila biaya bahan bakar pesawat masih bergantung pada avtur yang rentan mengalami fluktuasi sesuai kondisi pasar. Untuk itu, beberapa inovasi mulai dimunculkan dengan mendiversifikasi bahan bakar pesawat dengan munculnya pesawat bertenaga listrik. Munculnya pesawat bertenaga listrik diawali dari sepasang perwira militer Prancis bernama Renard dan Krebs yang menggerakkan kapal terbang Zeppelin berisikan hidrogen dengan baterai besar dan motor listrik berkekuatan 8 HP yang memungkinkannya untuk melakukan apa yang belum pernah dilakukan oleh balon udara sebelumnya: kembali ke tempat peluncuran di akhir penerbangan.
Namun, setelah peristiwa tersebut, inovasi mengenai pesawat berbahan listrik menjadi senyap selama 90 tahun hingga akhirnya Robert Boucher, yang memelopori penggunaan motor listrik untuk model pesawat terbang dan pada awal tahun 1970-an membuat beberapa pesawat bertenaga surya tanpa pilot di bawah kontrak dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Robert Boucher kemudian bekerjasama dengan Paul MacCready, ahli penerbangan menguji coba versi listrik dari Gossamer Penguin dimana kedua sayap tandemnya dibangun Solar Challenger dilapisi dengan lebih dari 16.000 sel surya. Pada tahun 1979, pesawat ini melakukan penerbangan sejauh 170 mil selama lima jam melintasi Selat Inggris, tanpa mengonsumsi bahan bakar sama sekali.