Pendapat ini pun semakin ditegaskan dari hasil penelitian Anderson Abel de Souza Machado yang dimuat dalam Forschungsverbund Berlin, dimana pencemaran mikroplastik di darat lebih besar dibanding di laut diperkirakan 4 hingga 23 kali didasarkan pada kondisi lingkungan. Dalam penelitian ini, diperkirakan 1/3 dari seluruh sampah plastik berakhir di tanah ataupun air. Air limbah juga menjadi sarana distribusi bagi mikroplastik yang dibuktikan dalam penelitian yang sama menyebutkan sekitar 80 hingga 90 % partikel plastik terdapat di air limbah.
Adapun mikroplastik pada air limbah dapat berasal dari limbah fiber sisa industri tekstil dan biasanya air limbah tersebut digunakan sebagai campuran pupuk sehingga dapat terkandung dalam tanah.
Selain itu, mikroplastik dalam air limbah juga dapat berasal dari limbah hasil pencucian pakaian sehari-hari, hal tersebut dikarenakan partikel fiber kecil yang berasal dari acrylic, nylon, spandex, dan polyester sebagai bahan pakaian dapat terlepas ketika proses pencucian. Dalam sebuah studi yang dimuat di Majalah Water World menyebutkan lebih dari 700.000 mikroplastik fiber dapat terlepas ke lingkungan dalam sekali proses pencucian menggunakan mesin cuci.
Lantas, apa efek dari adanya partikel plastik ?
Pecahan partikel plastik dapat menimbulkan efek fisik dan kimia, untuk efek kimiawi antara lain disebabkan dari kandungan bahan aditif phthalates and Bisphenol A dalam plastik yang terlepas menimbulkan efek hormonal seperti gangguan hormon. Adapun partikel plastik berukuran nano dapat menyebabkan peradangan, perubahan ekspresi gen ataupun reaksi biokimia.
Di samping itu, menurut penelitian dari Macquarie University, polusi plastik juga dapat membahayakan pertumbuhan bakteri Prochlorococcus dan proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Dari hasil penelitian, satu jenis bakteri tersebut turut menyumbang 10% kandungan oksigen di udara (sekitar 3 oktillion).
Solusi yang ditawarkan
Adapun untuk mengurangi risiko bocornya plastik di laut, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh seperti meningkatkan sistem transport untuk mengurangi pembuangan sampah secara illegal; meningkatkan fasilitas pembuangan (TPS) dekat aliran air; mengubah berbagai jenis sampah menjadi bahan bakar ataupun energi; memilah sampah plastik yang masih memiliki nilai guna tinggi untuk diubah menjadi refuse-derived fuel (bahan bakar yang diproduksi dari berbagai macam limbah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H