Cerita singkat sebuah sistem transportasi kita, tentang Trans Jakarta.
Libur panjang akhir minggu lalu, membuat saya yang besar di sekitaran Jakarta bisa kembali sejak tak pernah pulang dari semester 5. Rasa penasaran untuk mencoba transportasi umum kebanggaan ibu kota, Trans Jakarta, menjadi tujuan sampingan untuk merasa dan menilai perubahannya sejak 2 tahun terakhir ini. Karena awam dengan perkembangan rute, saya cek rute langsung di website TJ. Informasi sangat mudah diakses dan interaktif. saya berencana naik TJ dari Stasiun Jatinegara menuju rumah sepupu di Bekasi.
Sampai di Jakarta, saya keluar dari pintu keluar stasiun, di sebelah kanan langsung terdapat tangga penyeberangan menuju halte Jatinegara 2. Ada pengalaman menarik, saya baru tau, ternyata operator tidak menyediakan tiket/kartu single trip, sehingga naik TJ harus full pakai emoney.. dengan harga 40rb, saya mendapat kartu bersaldo 20rb, mudah tanpa syarat. namun, sayang sekali... karena tanpa syarat berarti penggunaan kartu ini hanya akan merekap data Origin-Destination saja, Halte to Halte, padahal jika tiap kartu juga terinput (minimal) data sosiodemografi, maka data data tersebut akan sangat mendukung dalam strategi manajemen permintaan perjalanan. Contohnya: jika banyak penumpang perempuan yang secara rutin menggunakan sebuah rute A, maka hal ini akan memudahkan operator menjustifikasi penambahan operasional bus khusus perempuan di Rute A dan mengurangi di Rute B. Ketersediaan data dapat diteliti dan dikembangkan untuk penyediaan variasi pelayanan lainya. Banyak sekali, tinggal bagaimana kreatifitas kita dalam memanfaatkan jaringan transportasi TJ untuk trade-off kebutuhan-kebutuhan harian.
Saya juga ingin cerita.. sebelum saya memutuskan untuk beli kartu emoney, ada peluang untuk masuk gate menggunakan "kartu sakti penjaga halte" .. harga penawarannya hanya 5rb, wihh, entah klo jadi menggunakan cara itu, uangnya akan masuk kemana, jakarta keras, masih ada aja celah 'main' walau cuma 5rb ..
next, Perjalanan saya dimulai dari halte St Jatinegara 2 ke halte Kp Melayu untuk transit. waktu tunggu tak lama, saya langsung masuk ke bus dan mendapat tempat duduk. bersih, ada tempat sampah, dan sejuk. Saat transit. papan petunjuk rute pun tersedia, sehingga saya tidak bingung harus berdiri di gate untuk menunggu bus selanjutnya. waktu tunggu di halte ini sekitar 10 menit. Lalu, Saya naik rute kp melayu-kp rambutan. cuss... transit di halte cawang uki untuk ganti ke rute pinang ranti. di halte ini memakan waktu tunggu yg lama. hampir 30 menit karena memang banyak rute yang transit di halte ini.Â
informasi waktu kedatangan bus yang disampaikan pada layar monitor pun tidak tepat.. banyak penumpang yg antri tak tertib.. setelah sekian lama menunggu, bus datang dengan kapasitas yang penuh. saya berdiri dipersambungan bus gandeng, berharap tempat duduk.. ya mau gimana lagi, tp memang perlu diakui untuk kualitas bus sudah tidak diragukan, semakin baik, semakin nyaman dari 2 tahun lalu. Karena rute ke pinang ranti lewat jalan tol, perjalan terasa cepat. hanya ada tundaan tundaan dijalan setelah pintu keluar tol. sesampai di pemberhentian terakhir, masih banyak penumpang yang keluar tidak melalui exit gate alias loncat dari peron..
In my opinion.. armada belum cukup, harus terus diperbanyak, supaya waktu tunggu bus semakin singkat.. kartu single trip harus tetep ada, bisa seperti sistem commuter KRL, yang menggunakan uang jaminan dan bisa refund.. bagi saya cukup mahal jika perlu membeli 40rb untuk saldo 20rb, namun hanya dipakai musiman, itupun kartu tap cashnya tidak identik dengan Trans Jakarta sehingga tidak bisa jadi kenang-kenangan di dompet..
Sekian,
Jonathan Suek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H