Mohon tunggu...
Jonathan Harris
Jonathan Harris Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMA yang penuh rasa penasaran

Hanya Menyampaikan Opini yang terpendam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anekdot Melawan Kejahatan

19 Mei 2023   12:54 Diperbarui: 19 Mei 2023   12:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel yang dibahas dalam teks Kompasiana itu menjelaskan bahwa kritik memang sudah menjadi unsur yang sangat penting dalam kehidupan kita, agar manusia dapat memperbaiki dan menemukan solusi dari kelalaian yang dibuatnya. Namun, sering kali dalam penyampaian kritik, kita menemui orang-orang yang tidak menerima akan pedasnya kritikan dan justru malah merugikan orang yang mengkritik. Oleh karena itu, sosok Gusdur ini punya cara kreatif untuk menyampaikan kritikannya. Kritikan yang disisipi oleh Anekdot merupakan cara Gusdur untuk protes terhadap suatu permasalahan, walaupun cara ini menimbulkan kontroversi, namun Gusdur tetap melakukannya. Akan tetapi, terkadang cara ini malah menjadi lebih berbahaya dan berisiko jika kita tidak menyampaikannya dengan baik, contohnya ketika seorang pria warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, diamankan polisi setempat setelah mengunggah salah satu guyonan Presiden keempat RI di media sosial yang mirip sekali dengan cara Gusdur.


Berdasarkan sumber di atas, bisa dilihat bahwa Gusdur melakukan sindiran dengan kemasan Teks Anekdot. Teks anekdot sendiri merupakan teks pendek yang berisi cerita singkat yang bertujuan untuk menghibur dan mengundang tawa pembaca. Anekdot sering kali mengandung unsur humor atau kejadian yang lucu, menggelitik, yang tentunya memiliki korelasi dengan kehidupan sehari-hari kita atau tokoh terkenal. Teknik bahasa yang digunakan dalam teks anekdot sangat bervariasi, namun umumnya terdapat unsur kejutan atau sindiran halus pada akhir teks.


Berikut adalah contoh teks anekdot yang akan kita analisis.


Gusdur pernah bercerita bahwa ada tiga jenis setan di dunia ini. "Pertama adalah setan yang sejenis jin. Sesungguhnya cara mengusirnya cukup dibacakan ayat kursi, maka kaburlah mereka. Dijamin lari terbirit-birit." "Kedua, setan yang jenisnya tidak jelas. Namun kalau dilempar dengan kursi, maka setan itu pasti kabur juga." "Dan yang ketiga, jenis setan ini tidak takut dilempar kursi. Setan ini malah hobinya berebut kursi. Setan Senayan namanya," ujar Gus Dur yang disambut tawa oleh hadirin.


Berikut adalah analisis mengenai teks anekdot tersebut.
Kita bisa melihat bahwa teks anekdot ini mengundang tawa di akhirnya, atau disebut dengan teks yang menggelitik. Walaupun begitu, secara tidak langsung kita juga dapat melihat bahwa ada sindiran halus di akhir teks, yang membahas perlakuan orang-orang "DPR" yang berlokasi di Senayan. Selain itu, teks anekdot di atas juga mengandung unsur tanda kutip dan berdasarkan kisah nyata. Semuanya sesuai dengan karakteristik teks anekdot.


Amir : "EH MIR, lu mau tebak-tebakan ga?"
Mira : "Apa tuh Am kalau boleh tau?"
Amir : "Coba tebak, kenapa gedung hijau di Senayan itu bentuknya mewah banget?"
Mira : "Hah gedung di senayan, gedung yang warna hijau itu?"
Amir : "Iya, Gedung itu, tahu gak jawabannya apa?"
Mira ; "Apatuh jawabannya?"
Amir : "gedung hijau di senayan itu mewah banget karena buatnya menggunakan uang dari penderitaan rakyat!"
Mira : "Wah gak ikut-ikutan deh aku kalau begitu. . . "


Dengan memahami lebih baik mengenai teks anekdot, dapat disimpulkan bahwa teks anekdot memiliki peran sebagai sarana untuk menyampaikan kritik atau sindiran dengan cara yang lebih santai dan menghibur, namun tetap efektif dalam menyampaikan pesan kepada target yang ingin dikritik. Ini dikarenakan teks anekdot menggabungkan unsur sindiran dan lelucon, sehingga pesan kritik dapat disampaikan dengan sikap yang lebih santai dan tidak terlalu menyinggung pihak yang disindir. Saran saya untuk masa depan adalah masyarakat Indonesia sebaiknya mulai menggunakan lebih banyak teks anekdot, dengan harapan bahwa penggunaan yang lebih luas akan memungkinkan masyarakat untuk mengkritik dan menyindir orang-orang jahat dan baik. Salam anekdot. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun