Kehidupan ini adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya semua ini terjadi seperti ini. Sejarah telah berlalu, dan tidak satu hal pun dapat kita lakukan untuk mengubahnya. Yang telah terjadi sudahlah terjadi, sekeras apapun kita mencoba untuk mengubahnya....itu sudahlah tidak mungkin.
Bunyi bel terakhir pada hari itu telah berbunyi, waktunya unutk kita semua beranjak pulang dari hari yang menyiksa di sekolah ini. Namun, dibandingkan pulang kerumah, aku lebih memilih untuk tinggal di sekolah. Bertemu dan melihat kondisi ibu yang begitu susah sendiri dan bekerja tanpa ayah dan harus menghidupi 4 adik-adik ku yang lain. Ayahku merupakan seorang pejuang yang membela negara ku Indonesia pada saat negara ini belum merdeka. Aku masih sangat kecil pada saat itu, aku ingat tatapan terakhir yang diberikan olehnya sebelum ia pergi dan tidak kembali lagi.
Aku berjalan melalui jalan yang berbeda hari itu untuk menuju ke rumah. Aku hanya ingin mengambil jalan yang lebih lama dibandingkan seharusnya. Di saat itu, aku melewati gang sepi yang tidak pernah ku lewati sebelumnya. TRANGG!!!......aku menoleh ke belakang dan menemukan beberapa tempat sampah tergeletak jatuh seolah-olah tersengol atau dijatuhkan oleh seseorang. "Mungkin hanya seekor kucing" pikirku dan aku mengabaikannya.Â
Tepat setelah aku menoleh kembali kea rah jalan rumah ku saat tiba" muka ku dihantam bagaikan bola baseball dipukul dengan sebuah tongkat baseball. Aku merasakan apa rasanya menjadi bola tersebut dan dengan sekejap, 3 orang menyerangku. Aku tau bahwa aku sedang dirampok, namun pukulan tadi telah membuat kepala ku berputar sangat kencang sehingga aku tidak dapat melakukan apapun untuk melawan mereka. Terlebih dengan jumlah mereka yang terlalu banyak untuk ku lawan. Tanpa ku sadari, kesadaran ku pun mulai berkurang hingga semua berubah menjadi hitam.
Terasa seperti hanya beberapa detik namun saat aku bangun aku yakin itu bukan lah siang atau sore hari lagi. Sekeliling ku sudah menjadi gelap, dan tak satu pun sumber cahaya dapat kutemukan selain daripada bintang-bintang di langit. Aku masih dapat merasakan pusing yang sangat sakit di bagian kepalaku, saat ku periksa, tas ku sudah hilang. "Sempurnaa!!!!, Sangat sangaaat sempurrnaa!!"teriakku. Aku sudah tidak peduli lagi akan hidup ini, penderitaan dan penderitaan terus menerus datang bagaikan air terjun dalam kehidupanku.
Aku terus memandangi langit dan bintang-bintang yang menerangi jalanku. Tidak seperti biasanya, ada banyak sekali bintang yang terserak di langit yang luas ini. Aku memerhatikan satu bintang yang menurut ku lebih terang dibandingkan bintang-bintang lain. Untuk beberapa saat aku terus menatapinya, hingga bintang tersebut seolah-olah terus menerus bertambah terang. Akhirnya aku menyadari, bintang tersebut tidak hanya bertambah terang, namun bintang tersebut sedang BERGERAK!!.Â
Bukan hanya bergerak, ia bergerak menuju arah aku berada. Bintang tersebut terus bertambah cepat dan hingga akhirnya jatuh di hadapanku. Aku tidak mengetahui apa yang ku lihat, seolah-olah hal yang mustahil telah terjadi di hadapan ku. Aku mendekati bintang tersebut yang ternyata tidak begitu besar, ukurannya hanya sedikit lebih besar dibandingakn ban mobil. Aku mendekatinya hingga ia berada tepat di genggamanku, ternyata itu bukanlah bintang. Bentuknya seperti kapsul, aku menyentuhnya dan dari dalam terlihat sebuah benda kecil, yang mirip dengan sebuah, jam tangan.
Aku mencoba mencari tahu benda apa yang baru saja aku temui ini. Aku menggunakannya dan menekan tombol biru yang ada disampingnya. Layar jam tersebut muncul nomor nomor yang aku tidak tahu apa artinya. Aku memasukkan nomor 21.54 dan menekan kembali tombol tersebut. Sekejap keluar cahaya dari jam yang ku kenakan dan semua berubah menjadi putih. Aku berada di tempat yang sama aku sedang berada. Namun kali ini, ada sesuatu yang terasa berbeda, hari belum malam. Seperti waktu terulang kembali menjadi sore hari. Ku melihat ke sekeliling ku, dan melihat tempat sampah yang ku lewati belum terjatuh. "Ini hebaaatt!!" aku dapat berpindah dari waktu ke waktu sesukaku.
Seketika terlintas di benakku, apa yang sebenarnya kubutuhkan. Apa yang telah membuat hidupku seperti ini. JIka hal ini tidak pernah terjadi, siapa tahu, aku tidak perlu menjalankan hidupku seperti ini. Aku tidak akan melewati hari-hari ku tanpa melihat keluarga ku menderita. Aku akan kembali menyelamatkan ayahku dari kematiannya yang dikarenakan Jepang.
Aku kembali mengaktifkan jam ditanganku tersebut, aku memutar nomor seperti sebelumnya, namun kali ini, berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan sebelumnya. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengira-ngira berapa lama aku harus pergi untuk dapat bertemu dengan ayahku lagi. Setelah aku memasukkan nomor yang aku mau, aku kembali menekan tombol biru untuk mengaktifkan jam tersebut. Kali ini, keluar cahaya putih yang jauh lebih besar daripada sebelumnya. Dengan sekejap aku tidak dapat melihat karena cahaya yang keluar dari jam tersebut berkali-kali lipat lebih terang dibandingkan sebelumnya.
Perlahan semuanya kembali kepadaku. Aku dapat melihat lagi dan cahaya yang tadi membutakan ku berkurang hingga di titik ia hilang. Aku berada di tempat yang sangat berbeda kali ini, aku berada di sebuah ladang yang kosong. Tempat ini bahkan tidak terlihat seperti Indonesia, dimana-mana aku dapat melihat rumput yang hijau. Namun, aku yakin bahwa ini masih lah di Blitar, oleh karena cuacanya yang panas. Disaat itu, aku mendengar suara ledakan yang sangat dasyat di dekat tempat aku berdiri. Dengan sekejap aku pergi menuju arah suara ledakan tersebut. Sekitar 20 menit aku berjalan, ketika aku melihat segerombolan orang membawa senapan sedang mencoba mengepung segerombolan orang-orang. Untuk pertama kalinya aku menatap pembunuhan secara kasat mata dihadapanku. Tidak memerlukan waktu yang lama sebelum mereka mengalahkan semua orang yang ada di situ.