Mohon tunggu...
Jonathan Diego Susanto
Jonathan Diego Susanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Formasi pada Masa Lalu, Kini, dan Nanti

18 September 2024   16:50 Diperbarui: 18 September 2024   16:57 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolese Kanisius adalah institut pendidikan yang telah berdiri untuk waktu yang sangat lama. Kolese Kanisius bahkan sudah ada sebelum Ir. Soekarno memproklamasi kemerdekaan Indonesia. Sekolah ini ada sejak 1 Juli 1927 dan terus berkembang hingga saat ini. Dari waktu ke waktu ada banyak perubahan terhadap dinamika sekolah dalam Kolese Kanisius yang pada akhirnya turut mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Perubahan dinamika kegiatan belajar mengajar juga turut mempengaruhi seluruh komponen yang berada di dalam Kolese Kanisius, terutama para kanisian. Para kanisian adalah panggilan untuk peserta didik yang bersekolah di Kolese Kanisius. 

Kolese Kanisius berdiri pada saat Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bentuk gedung-gedung Kolese Kanisius yang memiliki relief peninggalan Belanda. Pada saat itu, pendidikan jauh lebih keras dan bersifat fisik dibandingkan saat ini. Para kanisian pada saat itu akan selalu ditempa oleh tantangan, baik akademik maupun non akademik. Kemampuan fisik dan mental para kanisian selalu diasah sehingga bisa menjadi pria-pria dengan kualitas yang layak untuk menjadi pemimpin di tengah masyarakat. Inilah alasan utama dari banyak tokoh-tokoh di masyarakat, baik terkenal maupun tidak, yang bisa menduduki jabatan tertinggi atau setidaknya berpengaruh bagi masyarakat. Sebagai contoh, Airlangga Hartarto adalah lulusan SMA Kolese Kanisius tahun 1981 yang merupakan menteri koordinator bidang perekonomian republik Indonesia saat ini. Beliau telah mendirikan berbagai organisasi seperti Koalisi Indonesia Maju dan Koalisi Indonesia Bersatu. Hasil tempaan dari Kolese Kanisius memang bukan main-main. 

Berbagai tantangan yang bisa membentuk seorang kanisian tidak hanya berasal dari luar sekolah, tetapi di dalam sekolah. Salah satu bagian dari formasi para kanisian terlihat pada cara sekolah mampu memberikan perlakuan yang mengasah fisik. Sebagai contoh, seorang kanisian yang terlambat sepuluh menit masuk ke sekolah akan dikenakan sanksi seratus push-up atau lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali. Tidak hanya itu, Kolese Kanisius juga memiliki serangkaian ekstrakurikuler yang berpatok pada pengasahan fisik pesertanya. Mayoritas peserta ekstrakurikuler ini akan merasakan tempaan fisik dan juga mental yang sesungguhnya karena tuntutan kedua aspek agar bisa bertahan cukup tinggi. Terkadang hal ini bisa membangun atau menghancurkan mental. 

Penempaan pribadi kanisian seperti ini tidak hanya berjalan pada masa lalu, tetapi juga masa kini. Ada beberapa standar penempaan fisik dan mental yang ditetapkan karena pandemi Covid-19 yang membuat para kanisian terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh(PJJ). PJJ tanpa disadari telah membuat banyak kanisian mengalami penurunan pada kapabilitas fisik. Hal ini disebabkan karena waktu olahraga yang berkurang dan waktu beraktivitas secara daring menggunakan gadget yang lebih banyak. Secara tidak langsung, hal ini berpengaruh kepada daya tahan banting para kanisian terhadap permasalahan yang muncul. Sebagai contoh, ada beberapa anak di sekolah yang merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Pengalaman ini paling dirasakan oleh anak-anak yang memiliki keinginan dan semangat yang tinggi untuk aktif, berani salah, dan menjadi pribadi yang unik agar bisa belajar. Hal ini membuat mereka lebih sedih dan mengalami berbagai masalah pada saat interaksi sosial. Kekurangan seperti inilah yang bersifat kritis bagi pertumbuhan anak dan perlu dihadapi. Namun, dibalik kasus-kasus seperti ini ada secercah harapan. 

Walaupun tidak bisa dipungkiri kasus anak dikucilkan atau ditindas, ada lebih banyak momen saat para kanisian bisa membangun solidaritas. Ada lebih banyak momen saling merangkul di antara para kanisian dibandingkan masalah penindasan. Banyaknya momen membangun inilah yang dapat menutupi perasaan kurang enak yang dialami kanisian yang ditindas sehingga mereka bisa saling memaafkan. Keseimbangan antara pengalaman ditempa dan dirangkul yang dapat menstimulasi perkembangan dari para kanisian. Oleh karena itu, semoga para kanisian pada masa kini dan akan datang dapat semakin menghayati serta menerima berbagai dinamika yang terjadi di Kolese Kanisius tercinta agar bisa menjadi pemimpin-pemimpin masa depan. Ad maiorem dei gloriam.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun