Pernah gak ngebayangin makan durian murah meriah, rasanya super enak, sambil duduk-duduk di pantai? Kalo ngomong durian pasti identik dengan harganya yang mahal dan yang murah hanya durian ecek-ecek alias rasanya gak nendang. Makan durian di pantai? Kalo makannya di pantai Ancol mah gak enak, yang ada malaheneg liatin airnya yang berwarna seperti..ah sudahlah..
Peristiwa “indah” ini sebenernya lanjutan dari petualangan saya dan keluarga ke Kepulauan Togean. Untuk pulang ke Jakarta, maka kami transit dulu ke Luwuk dari Ampana. Ada sisa waktu yang lumayan, sekitar 1 hari bisa kami habiskan untuk keliling Kota Luwuk sebelum minggat ke Makassar.
Indahnya Kota Luwuk
Ada orang yang bilang “kalau pergi ke satu kota, belum mantap rasanya bila tidak mencicipi makanan khasnya”, kira-kira begitu. Ok, karena itu saya langsung menanyakan makanan apa yang jadi khas Luwuk ke Pak Nano, sang supir yang mengantarkan kami dari Ampana ke Luwuk.
“Mau ngapain aja mas selama di Luwuk nanti?” tanya Pak Nano, sebenernya beliau dulu lah yang menanyakan hal ini. Hmmm kemana yah, pada saat itu juga saya langsung ngeluarin hape dan browsing, dasar anak gugel! Ada orang lokal disini malah masih mencari di gugel. Bingung yang mana yang harus dikunjungin,”Bagus kemana pak? ada tempat atau makanan gitu gak yang enak?”, tanya saya, “Ini kebetulan lagi musim durian, jadi lagi banyak tuh di Luwuk..nanti kalau mau saya anterin ke pelabuhan”. Sontak kami menjawab YA!
Memang bukan makanan khas layaknya gudeg ala Jogja atau amplang dari Balikpapan. Tapi karena estimasi perjalanan kami yang sepertinya akan sampai di Kota Luwuk jam 9 malam, kami jadi tidak leluasa memilih tempat makan.
Akhirnya sampailah di dekat pintu masuk pelabuhan. Awalnya tidak mengira seperti apa bentuk durian disini, darimana asalnya, rasanya bagaimana, berapa harganya, tapi langsung aja cuss ke pedagangnya.
“Ini satu berapa bu?” tanya ibu saya yang memang kami andalkan untuk tawar menawar. “20 ribu bu”, “hah, ini satu 20 ribu?”, “tidak, itu seikat 20 ribu bu”, sambil mengangkat seikat durian. Apa? Are you serious? Beneran gak sih ini? Jadi seikat itu ada 5 buah, besarnya sih seperti se kepala orang dewasa, ada yang 6 tapi dengan ukuran yang lebih kecil lagi. Sehabis kaget karena harganya yang sangat miring itu lalu kami pun membeli 4 ikat, pesta baru saja dimulai..
Setelah tanya-tanya sama pedagangnya, durian ini ternyata asli Salakan, Banggai. Salakan itu dekat dengan Luwuk yang notabene ibukota kabupaten Banggai. Jadi durian ini fresh dong? Yap, katanya durian ini baru aja dipanen! Durian ini unik, ukurannya terbilang kecil. Rasanya manis dan legit, bagi saya ini adalah durian terkecil dan terenak yang pernah saya makan. Dan satu lagi yang unik yaitu dari 20 buah yang dibeli, satupun tidak ada yang rusak! Semuanya enak!