Â
Tana Toraja dengan kekayaan budaya dan alamnya yang sangat banyak telah menjadi tujuan tempat wisata bagi wistawan lokal maupun mancanegara. Tana Toraja cukup terkenal dengan adat kematiannya bernama Rambu Solo' yang merupakan uparcara kematian suku Toraja dengan iringan nyanyian.Â
Ada dua tempat destinasi wisata yang bisa kalian kunjungi untuk melihat pemakaman suku Toraja, yaitu Kete Kesu dan Londa. Namun, seperti halnya di tempat wisata lainnya, Tana Toraja dihadapkan pada berbagai ancaman yang harus ditangani dengan cermat untuk memastikan pembangunan pariwisatanya berkelanjutan dan berdampak positif pada masyarakat lokal.Â
Maka dari itu kita akan membahas beberapa ancaman utama yang dihadapi Tana Toraja selama pembangunan pariwisatanya, serta strategi pengelolaan risiko yang dapat digunakan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Dari risiko-risiko utama dalam pembangunan pariwisata di Tana Toraja mencakup beberapa aspek yang perlu diperhatikan secara cermat.Â
Yang pertama, berisiko hilangnya identitas kebudayaan bisa terjadi akibat kunjunga wisatawan yang meningkat menyebabkan penurunan nilai-nilai budaya lokal.Â
Kedua, peningkatan aktivitas dapat mengancam kelestarian alam dan lingkungan di Tana Toraja seperti polusi, deforestasi, kerusakan ekosistem dan lain-lain.Â
Ketiga, ketergantungan yang berlebihan pada pariwisata dapat membuat ekonomi lokal rentan terhadap perubahan pasar dan musim wisata yang berpontensi menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang signifikan.Â
Selain itu, ada kemungkinan ketidaksetaraan keuntungan dimana ada perbedaan sosial ekonomi antara mereka yang terlibat langsung dalam industri pariwisata dan mereka yang tidak.Â
Terakhir, ketidakpastian regulasi merupakan faktor penting karena perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah dapat berdampak besar pada industri pariwisata Tana Toraja, baik dari segi investasi maupun operasi, menimbulkan tantangan untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan menguntungkan masyarakat lokal.