Apabila kita berbica perihal kejujuran, pastinya tidak akan lepas dengan kepribadian seseorang. Di saat seseorang memiliki kepribadian yang terdidik, seharusnya orang tersebut juga memiliki tingkat kejujuran yang baik. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit masyarakat yang tingkat kejujurannya masih rendah. Bahkan para pelajar yang notabene kepribadiannya terdidik pun, masih banyak yang melakukan atau menyatakan hal-hal yang tidak jujur.
Dalam bidang akademis, bentuk ketidakjujuran sangatlah beragam, yang paling umum dan paling sering dilakukan adalah menyontek pekerjaan teman. Hal tersebut terlihat sangatlah umum bagi sebagian besar pelajar di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Mereka menganggap ketidakjujuran sebagai hal yang realistis untuk dilakukan, apalagi bagi mereka yang berada pada rentang usia remaja. Akan muncul banyak statement seperti: "namanya juga anak muda, nyontek mah biasa coy. Gak nyontek, gak gaul!" Â
Bahkan, ada beberapa yang melakukan bentuk-bentuk ketidakjujuran demi mendapat pengakuan atas eksistensi dirinya, dengan melakukan hal tersebut, mereka akan dianggap "jago, keren, panutan, dll" oleh society ataupun circlenya. Kepribadian atau pola pikir demikian jelas merupakan benih-benih penyimpangan sosial.
Sebagai warga negara yang baik, kita perlu memutar balik pola pikir seperti itu. Perlu ditanamkan mindset yang menganggap bentuk-bentuk ketidakjujuran bukanlah merupakan kunci untuk mendapatkan suatu pengakuan, melainkan dengan melakukan kejujuran lah. Kejujuran yang diimbangi dengan prestasi akan menghasilkan pengakuan dari orang lain, tentunya pengakuan atas hal positif.Â
Lain halnya dengan mereka yang melakukan ketidakjujuran, mereka ingin dikenal atas hal negatif atau kenakalan yang dilakukannya, yang mana hal tersebut sangatlah tidak sesuai dengan norma masyarakat. Tingkatkanlah potensi diri dengan penuh kejujuran, potensi tidak hanya terbatas dalam ruang akademis, masih banyak bidang di luar akademis yang saat ini dibutuhkan di masyarakat.Â
Dengan menumbuhkan sikap yang jujur, kita pun dapat lebih menerima realita, kita dapat menerima diri apa adanya dan merefleksikan apa yang kurang dari diri kita. Melalui hal tersebut, kita dapat lebih termotivasi untuk memperbaiki diri dan menyebarkan energi positif kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H