Mohon tunggu...
jonansaleh
jonansaleh Mohon Tunggu... Ilustrator - Hands are the second thought

Tangan adalah pena dari pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nur: Kepada Saudari Kematian

24 April 2024   19:51 Diperbarui: 25 April 2024   11:55 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis mungil itu merajuk, celoteh kepada tubuhnya yang diselimuti wangi rongsokan, dan hangatnya remang-redup lampu jalanan, di bawah kolong jembatan. 

           "Anjirr! Hidup gue gini amat, ya Allah               cabut aja nyawaku, 'napa?!" 

Ia berusaha melempar besi tua ke arah tumpukan sampah. Bau menyengat, mencuat dari kerumunan lalat yang sedang berpesta. Luapan amarahnya belum juga reda sejak raga yang selalu menemaninya diambil saudari kematian.  Ia sangat merindukan Lela, sosok yang tangguh, berani, optimis dan pantang menyerah. 

Di lebaran kemarin mereka saling bermaaf-maafan, sholat berjamaah sambil meneguhkan janji mereka untuk meneruskan usaha ayah mengumpulkan barang-barang bekas. Perayaan sederhana di samping tiang beton jalan tol, bersama warga kolong lainnya. Wajah fitrah menghiasi canda-tawa Pak Oleng, Bu De Marni, Ajep, Arfan, dan lainnya. Sejenak mereka melupakan teriknya aspal dan deru knalpot dari truk-truk, makian pejalan kaki, omelan dari ibu-ibu kompleks, serta lelehan keringat yang setia menemani petang mereka saat pulang membawa panenan. 

Di hari itu, Lela membelikan Nur sebuah hijab baru yang didapatnya dari pinggiran pasar Koja. Harganya tidak sampai seratusan. Hasil dari menabungnya selama bulan Ramadhan. 

  "Pakailah ini, Nur! Kulihat punyamu             udah bolong, gk layak lagi kamu pakai. Tapi Ingat ya, jan sampe satu hari pun kau lepas dari kepalamu" 

Sambil menangis, Nur mengenakan hijab pemberian kakaknya. Ia merasa bangga dan bernazar dalam hatinya akan mengembalikan kebaikan Lela apabila usaha rongsokan mereka berjalan lancar. 

  "Terima kasih Kak, saya berjanji". 

Mereka pun berpelukan. Lela tampak berbinar, matanya berkaca-kaca sesaat melihat penampakan adiknya. 'Cantik banget adikku', celetuknya. Nur tak bisa menyembunyikan sumringahnya mendengar pujian itu.

Sesaat berselang, Lela berpamitan hendak membelikan sesuatu untuk dimakan bersama di lebaran hari kedua, besok. Lela berjalan menyusur kolong jembatan, kemudian ke gang kecil sebelum ia menemukan jalan besar. Ia kemudian ke seberang jalan menuju toko kue yang ia kunjungi sekali setahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun