Mohon tunggu...
abdullah umam
abdullah umam Mohon Tunggu... -

asli anak tulung agung

Selanjutnya

Tutup

Politik

PPP: Napas Tua Bis Antar Kota

17 Maret 2014   09:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:51 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semasa kecil saya sering ikut-ikutan melihat kampanye tiga partai, yakni PPP, Golkar, dan PDI (sebelum berubah menjadi PDI Perjuangan). Simpatisan Golkar sudah pastilah para ambtenar (pegawai negeri) dan orang-orang terpandang di desa. Simpatisan PDI tidak terlalu ramai karena ruang geraknya dibatasi oleh pemerintah Orde Baru. Sedangkan simpatisan PPP beda. Mereka di isi oleh anak-anak muda, para santri, dan tokoh-tokoh yang relatif muda dibandingkan dengan kedua partai lainnya.

Saya sendiri merasakan gairah dan degubannya ketika mereka berpawai. Khas anak muda yang memerlukan sarana pelampiasan. Khas anak muda yang menginginkan perubahan. Khas anak muda yang ingin membebaskan diri dari tokoh-tokoh formal dan tua (Golkar). Aura terbawa hingga malam-malam sepulang dari kampanye.

Ternyata, gairah itu masih ada hingga kini. Sayangnya gairah-gairah itu terperangkap dalam wujud  generasi tua.

PPP adalah napas tua dalam bis antar kota yang idelanya cepat dan gesit demi sampai tujuan. Tetapi apa daya sang nahkoda tak lagi berdaya. Sedangkan bis-bis lain sudah banyak yang bermesin impor dari Amerika dan China, diserta nahkoda-nahkoda juga tak kalah lihainya.

Dengan demikian PPP ibaratnya mobil tua nan antik. Tak banyak tapi tetap digemari tapi hanya segmen tertentu. Ia memiliki nilai memori yang tak tergantikan. Tetapi akan kewalahan menghadapi kemajuan jaman.

Diperlukan kerja keras agar partai ini tetap eksis memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang universal. Mau tak mau penyegaran adalah suatu keniscayaan dan momentum pemilu legislatif 2014 ini adalah titik mula untuk menjadikan PPP menjadi partai yang modern dan benar-benar menjadi “Rumah Besar Umat Islam”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun