Mohon tunggu...
Jonah Sea
Jonah Sea Mohon Tunggu... -

Anti Presiden Boneka dan Penjual Negara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memakzulkan Demagog Joko Widodo

3 Mei 2015   16:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru-baru ini asal bunyi Jokowi juga menimbulkan kejadian memalukan bagi wajah Indonesia, karena dengan semangat pencitraan di acara KAA, Jokowi menyampaikan pidato berisi penolakan terhadap Bank Dunia, IMF dan ADB, tapi keesokan harinya menerima hutang besar dari RRC ratusan trilyun dan membantah sendiri bahwa dia anti IMF karena Indonesia masih menjadi debitur IMF. Pernyataan asal bunyi yang dibantah oleh SBY, Wapres Jusuf Kalla, Menteri Keuangan, Bank Indonesia dan IMF sendiri. Mengerikan, presiden malah mengandalkan data yang salah dan menyampaikannya ke depan publik sebagai fakta. Memalukan.

Semangat pencitraan itu juga yang menyebabkan posisi luar negeri Indonesia hancur karena Jokowi gagal melakukan lobi-lobi diplomasi untuk menjelaskan posisi Indonesia terhadap hukuman mati sehingga mengurangi resistensi negara-negara sahabat. Yang dilakukan Jokowi malah membusungkan dada dengan menaikan citra nasionalis dirinya dan bersikap keras terhadap negara-negara tetangga yang warganya akan dihukum mati di Indonesia. Akibatnya fatal, negara Australia, Brazil, dan Perancis sekarang tersinggung dengan ulah Indonesia menghukum mati warga negaranya dengan dalih "ini hukum Indonesia" padahal Jokowi menolak membaca permohonan pengampunan yang dikirimkan oleh para terpidana mati tersebut. Arogansi Jokowi ini tidak pelak lagi menghancurkan reputasi Indonesia di mata internasional.

Tidak sulit diduga, bahwa Jokowi adalah demagog yang dimaksud oleh Mahfud MD, yaitu agitator-penipu yang seakan-akan memperjuangkan rakyat padahal semua itu dilakukan demi kekuasaan untuk dirinya. Demagog biasa menipu rakyat dengan janji-janji manis agar dipilih tapi kalau sudah terpilih tidak peduli lagi pada rakyat; bahkan dengan kedudukan politiknya sering mengatasnamakan rakyat untuk mengeruk keuntungan. Sikap Jokowi yang pro korupsi terlihat dengan terang benderang melalui caranya mendukung secara diam-diam operasi polri menghancurkan KPK, antara lain dengan memecat Kapolri Jenderal Sutarman dan Kabareskrim Suhardi Alius untuk digantikan dengan Badrodin Haiti-Budi Gunawan sebagai Kapolri-Wakapolri dan Budi Waseso sebagai Kabareskrim; dan terakhir memecat Abraham Samad dan Bambang Widjojanto karena lancang menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka rekening gendut.

Kecuali Jokowi diturunkan dalam tempo sesingkat-singkatnya, sulit dibayangkan kehancuran Indonesia di tahun kelima kepemimpinannya. Mengerikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun