Mohon tunggu...
Jona Bungaran Sinaga
Jona Bungaran Sinaga Mohon Tunggu... Lainnya - Berusaha belajar setiap harinya

Makan, Wisata, Berteman dan Menonton

Selanjutnya

Tutup

Diary

Filosofi Seragam

31 Desember 2022   00:26 Diperbarui: 31 Desember 2022   00:33 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://memelucubroo.blogspot.com/

Ada sekitar 823.000 hasil (0,36 detik) yang kudapatkan ketika mengetik kalimat filosofi seragam melalui google dan bisa saja akan bertambah makna serta hasilnya setelah mengetik diary ini.  Salahsatu yang menarik dari sekian manfaat dan alasan menggunakan seragam yakni merupakan identitas sekolah (https://garmenesia.co.id/7manfaat-anak-sekolah-menggunakan-seragam/).  Ya identitas, sama halnya ketika seorang anak yang dirasa sudah cukup umur untuk bersekolah maka orangtuanya akan mengantarkan Si Anak ke sekolah yang dirasakan dapat membentuk karakter, kepribadian, sikap, pengetahuan dll sesuai harapan orangtua. Bahkan ada juga orangtua yang rela mengeluarkan uang yang cukup banyak dengan harapan anaknya menjadi super. 

Hal unik tentang seragam sebagai identitas adalah kebanggaan internal dari pribadi yang menggunakannya sehingga tercipta korsa. Korsa yang tercipta antara peserta didik dan juga pendidiknya serta keluarga atau orang lewat yang melihat nama besar dari seragam tersebut. Meskipun hanya peserta didik disekolah kedinasan saja yang menggunakan seragam dari saat tidur hingga tidur kembali. Namun kedahsyatan seragam merupakan hal yang tidak dapat dianggap sepele, remeh, acuh hanya karena tampilan, bentuk, warna serta bahan bakunya (https://pinrang.terkini.id/2021/08/19/sekolah-di-pinrang-disorot-karena-wajibkan-siswa-beli-baju-seragam-mahal-begini-saran-dewan/).

Perspektif baru tentang seragam sebagai identitas kudapatkan saat menguping cerita Ibu (mungkin seorang Guru yang memiliki jabatan penting):

"Aku langsung menelepon Ibu BPK itu dan mengatakan bahwa anaknya tidak diterima di sekolahku"

rupanya hal tersebut dilakukan ''hanya'' karena seragam sekolah yang dikatakan jelek oleh Ibu BPK tersebut. Laporan tersebut diterima dari rekan sejawatnya dan rupanya Ia mengingat kembali proses interview saat sebelum penerimaan sek0lah dimulai. Kalimat tersebut bermakna sangat luas, yakni penistaan atas seragam sebagai identitas yang berujung pada sikap tegas. Itu lamunanku sembari menunggu dan menyeruput kopi.

Seragamku adalah identitasku,ada simbol kuat yang melekat pada seragam. Bahkan seseorang yang dicopot seragamnya akan berusaha sekuat tenaga agar dapat kembali menggunakan seragamnya sebagai identitasnya. Dibalik seragam yang dikenakan juga ada kebersamaan.  Ketika Ibu BPK yang memiliki banyak uang, mendominasi saat proses wawancara penerimaan sekolah, merasa dirinya hebat, ternyata harus tersingkir dari sekolah yang hebat meski seragamnya jelek. Kebersamaan melalui seragam identitasku yang ditunjukkan saat para guru dengan senyum dan ketulusan hatinya menyambut anak anak kecil yang polos, lugu, spesial, hebat dan juga unik untuk dicintai, disayangi, dipeluk dan diajarkan tentang dunia dan kasih. Meskipun seragam yang mereka kenakan jelek namun anak anak tak perduli karena bagi mereka seragam adalah identitasku, identitas guruku dan identitas diriku kelak.

Mulailah menulis sebelum...30/12/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun