Mohon tunggu...
Jombang Santani Khairen
Jombang Santani Khairen Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tulislah sesuatu yang bahkan kau sendiri akan tergetar apabila membacanya...\r\n\r\nManusia Biasa | Novelist @Gramedia | #NoPopulistNoConservatism | Mahasiswa Manajemen @FEUI2009 | @SmantenPadang 2009 | @boeconomica | Pemuda Ranah Minang Perantauan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sedikit Pemikiran dan Tindakan untuk Pariwisata Indonesia

15 Maret 2014   01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:55 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Eh lo udah baca majalah Tempo baru belum? Keren men, gaada politik-politiknya.” Kata seorang sahabat saya pada pertengahan November 2013 lalu. Tempo yang identik dengan Ekonomi, Hukum dan Politik, pada satu edisi membahas tentang “100 Surga Indonesia yang tersembunyi”. Mungkin bosan pikir saya, atau sedang memberikan sesuatu yang baru dan segar pada masyarakat yang makin lama makin enggan bahkan untuk tahu info politik. Apapun itu, “Wah keren bang, gue bakal simpan terus edisi yang ini selamanya” saya sampaikan begitu pada bang Arzul, yang ternyata baru menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) di Majalah Tempo waktu majalah edisi itu terbit.

Pariwisata kian menjadi dewi amor bagi berbagai negara dalam mendongkrak perekonomiannya. Setiap negara berpacu mengoptimalisasikan kemampuan masing-masing baik dalam kualitas maupun kuantitas di sektor ini. World Tourism Council mengatakan bahwa 9% PDB dunia, disumbangkan oleh sektor ini. Juga pada 2020, diprediksi akan ada sebanyak 1.6 milyar manusia melakukan peliir ke berbagai tempat, sumbangan koceknya, mencapai angka 3 triliun dolar. Tiga kali lipat dari saat ini.

Sebagai produk jasa, mungkin pariwisata adalah industri yang paling imun terhadap krisis. Masalahnya, sebagai negara (yang terus-terusan disebut) negara berkembang, (karena tak kunjung menjadi negara maju) Indonesia belum optimal dalam mengembangkan sektor ini. Kita masih berkutat pada sektor lain yang terus mengeruk habis sumber daya alam.

Tidak apa kalau pertanian ataupun perikanan, itu semua terus-terusan dapat diperbaharui bahkan tanpa sentuh tangan manusia seperti ikan laut. Lalu bagaimana dengan migas yang dari zaman onta hingga zaman toyota masih itu ke itu saja masalahnya, lalu dengan produk kehutanan (perkayuan), serta mineral.  Hutan kita habis, goa mineral kita mengering, tapi dompet kita tetap tipis dan negara kita masih saja luntang-lanting.

Bahkan saudara kita (yang entah mungkin tidak ikhlas dipanggil saudara) di Papua sana hidup di bawah kenyataan pahit, sumber daya alam mereka terus dikuras, tanpa mereka dapat merasakannya. Ayam mati di atas tumpukan padi? Tepat atau tidaknya perumpamaan ini, tanya saja pada hati masing-masing.


“Indonesia adalah sebongkah tanah surga yang terlempar ke bumi. Dari ujung ke ujung, semua teruntai indah.”

Entah apa maksud Tuhan memberikan kita tanah yang luar biasa indah ini, yang jelas kita belum bisa memanfaatkan anugerah itu dengan baik. Kita jauh kalah dengan Malaysia dalam pengelolaan, dalam kemampuan dan dalam pariwisata dan juga branding. Bahkan dari Singapura, seonggok tanah yang dulu bernama Temasik yang tak punya apa-apa itu sekarang malah bercokol di papan atas tingkat kunjungan wisata dunia, kita jauh di peringkat tiga puluhan. Apa yang mereka punya? Tidak ada (tadinya). Tapi mereka berhasil mengemasnya dengan baik. Silahkan buka channel youtube berjudul ‘Shiok Singapura’ atau ‘Your Singapore’. (http://www.youtube.com/watch?v=CBp1ecVgIQc)

Kita terus berkutat pada hal lain yang membuat kita lengah pada apa-apa yang justru sebenarnya paling bisa membuat kita kaya. Mungkin “Jauh di bawah perut bumi kami, ada banyak yang akan membuat kami kaya raya, yang akan membuat dunia takluk.” Apakah ini masih relevan? Mungkin relevan, tapi apakah kita benar-benar menjadi kaya?

Sekarang siapa yang kaya raya dengan hasil di perut bumi itu? Apakah justru yang dapat membuat kita kaya berada tepat di permukaan tanah kita? Di pegununggan? Di lembah? Di bibir pantai? Di keindahan terumbu karang? Di kebudayaan Indonesia yang entah berapa ragamnya? Di rumah adat segala macam suku bangsa kita? Di peninggalan sejarah? Di tari-tarian dan cinderamata? Di candi-candi? Ah, apalagi namanya kalau bukan pariwisata.

Branding ini Sejenis Makanan Apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun