Jo Batara Surya dari Musik Keras, Teater hingga Wayang Kujkris

Profesi sebagai seorang seniman adalah profesi mulia, dimana seorang seniman oleh seorang filsuf dunia disejajarkan dengan seorang pemuka agama karena pekerja seni membawa pesan pesan nilai kehidupan yang diekspresikan sebagai media penyampaian kepada masyarakat luas. 

Perjalanan seseorang dalam dunia seni memang memiliki banyak kisah yang menyimpan makna hidup, namun pandangan masyarakat kita terhadap dunia seni masih belum bisa menerima dengan baik sepenuhnya, profesi sebagai seniman masih saja dianggap miring oleh sebagian masyarakat, seniman dianggap sebagai pekerjaan yang malas atau hanya sebagai pengisi waktu sebagai seorang pengangguran.

Sehingga seorang seniman dinegri ini harus berani menanggung beratnya beban pikiran hingga mental menghadapi ralitas, terlebih ketika membuat karya tanpa memiliki nama besar seorang seniman haruslah berjibaku dengan keadaannya. Sampai ada seniman yang terpontang panting dalam berkarya berbenturan dengan tuntutan ekonomi, sehingga kelayakan hidupnya dibawah standart masyarakat pada umumnya.

Hal diataspun dirasakan oleh seorang seniman Jo Batara Surya yang mengawali berkeseniannya melalui musik keras yang diawali dari tanah kelahirannya yaitu Bandung sekitar tahun 1990an hingga tahun 2001an Band pertamanya ia beri nama Gergaji Sick, Jo Batara bermain musik hingga ke Surabaya Jawa Timur, di Surabaya Jo Batara membuat Band dengan nama Blasthink yang berubah hingga saat ini menjadi metamorfosis dari Band HATE OF PAIN sebuah band Hard Core Metal Surabaya, sekian lama berkecimpung dalam dunia musik Jo Batara Surya yang memiliki nama lengkap Johan Hoirul Zaman ini terjun dalam dunia seni teater sehingga membentuk karakter dalam kehidupannya serta keseniannya, bermula dari teater Kusuma sebuah UKM Seni disebuah Universitas terkemuka di Surabaya Jo Batara lebih mendalami dunia teater dengan mengikuti pentas keliling keberbagai kota di Jawa Timur, setelah dirasa cukup Jo Batara menentukan pilihan untuk bermain monolog, ia melakukan pentas keliling seorang diri dari kampus kekampus maupun komunitas yang ada di Jawa Timur hingga Jawa Barat. Untuk bisa menghidupi keseniannya Jo Batara pun pernah mengamen dan berjualan diemperan jalan untuk bisa bertahan dalam hidupnya.

Setelah sekian lama menjalani dunia seni, pada tahun 2009 Jo Batara Surya akhirnya bisa membina sebuah rumah tangga dimana titik perjalanan hidupnya mulai berubah sedikit teratur dan mengurangi kegiatan seninya, setelah memiliki anak pertama Jo Batara semakin jarang lagi membuat karya, namun panggilan jiwa seni dalam dirinya tak bisa dipungkiri, lambat laun panggilan itu semakin terasa kencang, hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali menekuni dunia seni yang selama ini telah memberikan banyak pengalaman hidup. 

Selama Jo Batara disibukan dengan pekerjaan dan keluarga secara diam diam ia mempelajari dunia wayang dan tepatnya pada tahun 2018 Jo Batara mulai membuat wayang dari bahan kardus dan sempat bermain dikampus UNIROW Tuban, karena wayangnya terbuat dari kardus duplex yang mudah rusak akhirnya Jo Batara mulai mengganti bahan wayang dengan bahan yang sedikit kuat dan mengecatnya secara manual, lambat laun Jo Batara mulai menemukan kembali gaya hidupnya yang tak bisa lepas dari dunia seni hingga saat ini dan akan terus mendalami dunia wayang kujkris yang ia ciptakan sendiri.Youtube: Wayang Kujkris