Manusia nusantara terutama manusia jawa tak bisa lepas dari memaknai hidup dalam jati diri semar sebagai simbol ketinggian spiritual manusia, namun Semar sendiri adalah sebagai simbol dimana mulai dari perwujudan dan sifat semar mengandung nilai yang perlu direnungkan.Â
Semar bukan hanya sekedar mitos dan dongeng semata, kisah Semar ini hidup dalam ruang khusus spiritual manusia jawa dengan berbagai ragam peristiwa yang melatar belakangi perjalanan sejarah bangsa dalam ranah intelektual dan spiritualisme jawa sehingga mendarah daging dalam budaya nusantara dengan berbagai julukan nama kisah dan simbol lainnya.Â
Hanya tokoh Semar inilah yang dapat menjadi sebuah jembatan antar generasi manusia nusantara dari sejarah pewayangan, babat tanah jawa, masa kerajaan hingga masa kemerdekaan bangsa selalu diwarnai oleh kisah Semar dengan segala julukan simbol yang mewujud dalam tokoh lain seperti Sabdo Palon, Gusdur dan lain sebagainya antara sifat tokoh semar ini lahir dalam bayang bayang samar dimana hanya orang orang yang berpemahaman tinggilah yang akan memahami kebenarannya.Â
Banyak siloka atau perlambang dalam perwujudan Semar, dalam hal ini masyarakat awam tak bisa memahami secara utuh tentang bagaimana pergerakan alamiah bangsa Indonesia dibawah kekuasaan yang sudah berulang kali berganti telah membawa pesan akan sebuah peran sang empu tanah jawa, diamna sang empu menginginkan pemimpin yang benar benar memahami esensi manusia dan semesta sehingga bangsa Indonesia bisa kembali pada keadaan yang sebenaranya sebagai negara besar dan berwibawa.
Karena sudah sangat jelas bahwa nusantara adalah sumber atau awal peradaban manusia yang agung dimana kehidupan yang harmonis telah ditata dan dilaksanakan ditanah air ini oleh lleuhur bangsa yang sangat bijak dalam membuat sebuah peradaban zaman, maka ketika kepemimpinan bangsa didapatkan dengan cara yang tidak sejalur akan arah tujuan leluhur nusantara sangat diyakinkan keadaan bangsa akan menjadi kacau dan berada dalam kesempitan, terlepas itu semua kisah mitos atau apa pun, ketika kita melihat jauh kebelakang dimasa kepemimpinan Ir.Soekarno dimana bangsa ini menjadi bangsa yang sangat dikagumi dan dihormati oleh bangsa lain, peran spiritual manusia nusantara saat itu sangat sangat berperan dalam menjalankan pemerintahan, walau akhirnya semua harus mengikuti seleksi alam dalam segala keadaan dunia global pada masa itu.
Manusia nusantara pun tetap berpandangan logis akan pemahaman semar ini sendiri, bahwa dalam sebuah kajian mendalam yang ada dalam siloka pewayangan bahwa kiSemar ini adalah sebuah simbol batara Guru yang berwujud sebagai Pineal Glen yang ada dalam tubuh manusia tepatnya ada diantara kedua alis mata yang sering disebut sebagai mata ketiga dan lain sebagainya, sedang tokoh bagong dan lainnya adalah sebuah keadaan atau sifat yang ada dalam tubuh manusia.Â
Secara logis pemehaman ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua ajaran nusantara yang berkaitan dengan semar harus identik dengan dunia mistik namun ada sudut pandang yang harus adil bahwa leluhur nusantara benar benar sudah memiliki disiplin ilmu yang sangat logis dan sangat masuk akal sehingga semua manusia disbelahan dunia akan bisa menerimanya sebagai suatu kebenaran bukan hanya sekedar kisah dalam dongeng yang tak berujung membawa pemahaman yang tak masuk akal sehingga kisah yang sebenarnya menyimpan disiplin ilmu yang tinggi menjadi bahan ejekan atau dipandang sebelah mata oleh generasi saat ini yang selalu mengedepankan pikiran logis karena telah bercampurnya banyak disiplin ilmu dari barat yang mengedepankan akal dibanding ilmu kebatinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H