Indonesia telah menetapkan berbagai undang-undang untuk melindungi perempuan dari kekerasan. Menurut survey Demografi dan Kesehatan 2003, hampir 25% perempuan yang pernah menikah menyetujui anggapan bahwa suami dibenarkan dalam memukul istrinya karena salah satu alasan berikut: istri memilik pendapat yang berbeda , istri pergi tanpa memberitahu, istri mengabaikan anak, atau istri menolak untuk melakukan hubungan intim dengan suami. Dapat dilihat disini, kita sebagai manusia memiliki martabat yang sama. Tentu saja, kita ingin keadilan. Tetapi, disini apakah hal ini benar ? Tidak. Hal yang tidak benar ini dibenarkan atas nama martabat bahwa tidak apa-apa juga wanita diperlakukan seperti itu.
Juga ada perdagangan perempuan dan prostitusi yang merupakan ancaman serius bagi perempuan Indonesia, terutama mereka yang miskin dan masih kurang dalam edukasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun, pelecehan yang merupaka suatu kejahatan menjadi biasa. Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2004 menemukan bahwa 90% perempuan mengaku telah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.
Kesetaraan Gender sendiri adalah tempat dimana ketika perempuan dan laki-laki menikmati hak dan peluang yang sama di semua sektor masyarakat, termasuk partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan, dan ketika perilaku yang berbeda, aspirasi dan kebutuhan perempuan dan laki-laki sama-sama dihargai dan disukai. (genderequality.ide)
Menurut UNDP (United NationsDevelopment Programme), kesetaraan gender, yang berpusat pada hak asasi manusia, merupakan tujuan pembangunan sendiri dan merupakan faktor penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Ini mendasari salah satu prinsip dari Agenda 2030 untuk Pembangunan dengan konsep 'tidak meninggalkan siapa pun di belakang.
Dengan adanya ketidaksetaraan gender, Â perempuan menderita kesengsaraan dan menempatkan perempuan dalam situasi yang tidak menyenangkan terlihat di setiap sudut kehidupan. Dalam aspek pendidikan, di masa lalu, laki-laki cenderung memiliki lebih banyak kesempatan untuk pergi ke sekolah. Perempuan muda tampaknya memiliki lebih sedikit kesempatan untuk pendidikan tinggi dibandingkan pemuda (Dang 2008, p.25) Edukasi berarti pekerjaan atau masa depan.Â
Di seluruh dunia, perempuan sering menerima pendidikan yang kurang dan tidak dipekerjakan pada tingkat yang sama dengan laki-laki. Di Amerika Serikat, ada hampir dua kali lebih banyak pria sebagai wanita dengan gelar profesional atau doktor, dan 70,5 persen pria memiliki pekerjaan atau sedang mencari seseorang dibandingkan dengan hanya 58,1 persen wanita.Â
Di Yaman, perbedaan gender terlihat bahkan di sekolah menengah di mana anak laki-laki mendaftarkan diri pada tingkat 20 persentase poin lebih tinggi daripada anak perempuan. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, apa gunanya R.A Kartini sudah berjuang untuk membuat wanita beredukasi layaknya semua manusia.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesenjangan gender ketenagakerjaan yang tinggi mengurangi bakat bagi calon pemberi kerja. Kurangnya modal manusia dan tenaga kerja ini memiliki dampak negatif pada efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini terutama terjadi pada ekonomi manufaktur berbasis ekspor yang bergantung pada tingkat tenaga kerja yang tinggi.Â
Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa wanita dengan kemampuan untuk membuat keputusan keuangan cenderung lebih menabung, kurang rentan terhadap korupsi, dan cenderung menghabiskan uang untuk investasi seperti kesehatan dan pendidikan, yang mengarah ke pertumbuhan ekonomi yang positif. (Stephan Klasen and Francesca Lamanna, Feminist Economics, 2009)
Apa yang kita bisa lakukan untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender ?
Pertama, mengajak para gadis dan wanita untuk sadar bahwa mereka penting. Alasan mendasar mengapa belum tercapainya kesetaraan gender adalah suara perempuan dan wanita terlalu sering abaikan dan dilupakan dari sebuah suatu keputusan global maupun nasional. Dengan begini, perempuan menyadari bahwa dalam diri mereka bahwa mereka adalah manusia yang kuat.Â