Akhir tahun 2021, harga gorengan di hik alias wedangan alias angkringan langganan saya di Klaten adalah 500 perak. Pergantian tahun meningkat menjadi harga akumulatif, 2.000 dapat tiga (tapi kalau beli satu harganya seribu, dua harganya 1.500).
Kemudian saya melakukan food hunting ke angkringan lainnya, yang ternyata serempak menyepakati harga 2.000 dapat tiga.
Paguyuban angkringan seolah punya jadwal rutin Rapat Paripurna untuk mendiskusikan hak angket seputar harga gorengan yang realistis dengan kenaikan harga bahan pokok. Bagi pedagang angkringan, selain keuntungan mutlak dari penjualan es teh, variabel gorengan juga menjadi hidangan favorit pelengkap rokok. Harganya biasanya dipukul rata (sama) meskipun jenisnya berbeda-beda seperti tempe mendoan, tahu susur, bakwan, klenyem, lentho, dan gembus.
Belum genap setahun, harga gorengan sudah merangkak naik menjadi seribu per biji. 2.000 dapat dua, tidak lagi tiga. Meskipun belum disepakati secara menyeluruh, namun kenaikan harga gorengan tampaknya sudah masuk Prolegnas Prioritas 2022.
Patut dimaklumi, kegalauan bakul gorengan terjadi berkat kebijakan menaikan harga BBM, Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, dan Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Penentuan harga gorengan tidak menjadi kewenangan Jokowi (presiden) atau Luhut Binsar Panjaitan (Menko Marvel), pedagang angkringan punya hak prerogatif menaik-turunkan harga gorengan. Ya, meskipun misal nanti harga BBM turun, harga gorengan mustahil ikut turun. Dalih kenaikan BBM inilah menjadi landasan fundamental menaikan harga goreangan sesuai pasaran.
Lalu apa korelasi kenaikan harga BBM dengan harga gorengan?
Sebagai alumni mahasiswa Ekonomi Pembangunan di salah satu kampus terbaik di Solo, saya coba analisis secara tajam dan akurat berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhi secara signifikan perubahan harga gorengan.
Setidaknya bisa menjawab kenapa sebagai buruh pabrik saya begitu gelisah ketika Jokowi tiba-tiba menaikan harga BBM. Apalagi dibumbui kutipan Sri Mulyani (Menkeu) bahwa kenaikan BBM bisa mengurangi kemiskinan ketika sudah dijejeli bansos.
Saya jelaskan biasa produksi tempe mendoan yang mungkin bisa merepresentasikan produksi seluruh gorengan yang ada di angkringan.