Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menggiring Angin

17 Desember 2023   02:41 Diperbarui: 17 Desember 2023   03:07 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pagi, kopi, nikotin, dan buku karya Sindhunata yang paginanya sudah compang-camping adalah surga yang tidak gampang kau mengerti bila tanpa ilustrasi. Bukan salahku, path menuju folder penyimpan gambar di hapeku sekarang dianggap nama file oleh blog ini. Filename jadi panjang dan ditolak. Jadi, biar saja Ngadimin memasang ilustrasi sendiri, pas atau tidak, aku tak peduli.

Kau tahu, aku pecandu kopi, nikotin, dan buku. Tapi biarpun ditambah sisa gerimis di Wisma Purnamandala tiga puluh derajat Celcius dan kicau Murai Batu tetangga sebelah, penyetaraan dengan surga pasti kau anggap alegori yang hiperbolik. 

Memang, sering kali, kita berlebihan dalam memaknai lambang, sehingga tak lagi peka pada hakikatnya yang sederhana. Tentang surga misalnya. Bagaimana memaknainya?

Ada satu dialog tentang kopi dan nikotin yang kudengar dari Gus Baha. Suatu pagi, ketika menjumpai para santri sedang asyik bercengkerama di kedai sambil menghisap nikotin dan menyeruput kafein, Mbah Moen (KH. Maimoen Zubair, Allahyarham) bertanya pada Gus Baha, "Ha, hanya udud dan ngopi saja santri-santri itu begitu bahagia, kira-kira sejauh apa imajinasi mereka tentang surga?"

Baik kuilustrasikan yang sebaliknya agar sudut pandang beragam dengan subyek yang lebih dekat. Apa kira-kira beda gambaran Indonesia Emas di benak seorang Presiden dengan bayangan di kepala seorang pengangguran yang suka nulis macam aku? Yang bisa kukatakan hanya imajiku sendiri: Indonesia Emas adalah ketika anak-anak kita beroleh pendidikan sesuai kehendak dan kesukaan mereka. Bukan pendidikan yang dirancang oleh orang tua-orang tua mereka yang sebelumnya mengenyam pendidikan yang dirancang oleh orang tua-orang tua mereka berdasar pada pendidikan yang mereka dapat dari dan seterusnya.

Atau, kalau kalimat-kalimatku masih terlalu sulit untuk dimengerti, kita coba cara lain. Di mana kau sekarang berada? Di ruang dan waktu yang terlalu banyak menuntut ini itu, di noktah yang membuat batinmu penuh sesal pada masa lalu dan gamang menatap masa depan? Di situasi yang menghendaki lebih banyak dari yang sanggup kau penuhi? Di mana kau kini berada?

Maka, di luar teritori itulah letak surga, letak ruang dan waktu yang kau idamkan. Tempat yang begitu dekat, teramat mudah dijangkau, hanya dengan kemauan melangkah. Kata Steven Tayler, "Ain't nothing gonna change, if we stay around here..."

Aku tahu itu karena aku pernah berada di ruang dan waktu seperti itu: berbulan-bulan terperangkap di antara dinding-dinding dan tirai-tirai putih, selang infus dan bermacam obat, dan makanan bergizi tinggi yang rasanya seperti onggokan sepah. Dan tak boleh ada kafein, dan dilarang ada nikotin.

Maka pagi ini, biar tanpa ilustrasi, mudah bagiku mengingat masa lalu itu dengan batin diliputi kegembiraan dan menantang masa depan dengan keberanian menyala-nyala. Ah, ya, buku tua yang sedang kubaca ulang judulnya adalah Anak Bajang Menggiring Angin.  (GM)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun