Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Jenang Fagiferus

22 April 2023   17:08 Diperbarui: 22 April 2023   17:33 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahitian chesnut (sumber: Media Indonesia)

Menu ke sembilan dalam seri "Lek Lek Ngayogyakarta".

Nama kerennya Inocarpus fagifer, masyarakat pesisir menyebutnya Gayam (Jogja, Jawa Tengah), Gatep (Jawa Timur, Bali), atau Bosua (Sulawesi). Orang Eropa menyebutnya Polynesian/Tahitian Chestnut.

Sebabnya, pohon Gayam dulunya disebarkan oleh suku Aborigin kuno yang mendiami wilayah Polynesia Perancis (French Polynesian, sekira 6.000 km. arah timur dari Australia), ke wilayah-wilayah Macronesia dan Melanesia termasuk Indonesia. Di negeri asal Gayam inilah Tahiti, pulau eksotis itu berada.

Sosok pohon yang di China disebut Tai Ping Yang Li ini kekar menjulang (bisa mencapai 30 meter lebih) dengan batang berulir tak rata. Raksasa hijau ini biasanya tumbuh di daerah pesisir, terutama di area bantaran sungai. Gayam toleran terhadap kondisi tanah asam, basa, hingga salin. Tapi rupanya ia tidak pandai beradaptasi terhadap altitude dan kelembaban sehingga sulit dijumpai di dataran menengah dan tinggi.

Bentuk buahnya mirip Jengkol. Bedanya, Gayam dua kalli lebih besar, gembung, dan dagingnya terbungkus jaringan serat sangat liat di bawah kulit. Selagi muda, kulit buah Gayam berwarna hijau, menguning kala menua dan segera rontok ke tanah. Bila musim, rontokan buah gayam bertebaran di kebun-kebun yang berada di daerah bantaran sungai. Bila dibiarkan, mereka akan tumbuh menjadi anak pohon dengan cepat.

Pohon ini hampir tak memiliki nilai ekonomis. Kayunya, walau sangat kuat, memiliki pola serat terpelintir, susah diolah untuk bahan bangunan atau kria. Sosok batang dan percabangannya mirip beringin tapi berdaun lonjong dengan lebar 20-30 senti dan panjang mencapai 40 senti.

Perakaran Inocarpus fagifer sangat kuat dan mampu menembus kedalaman tanah hingga belasan meter. Kokoh dan mampu menahan air tanah. Itu sebabnya ia ideal sebagai benteng erosi. Banjir musiman kali Winongo yang sanggup menjebol dapuran bambu pun tak mampu menggoyahkan  bahkan pohon Gayam muda yang mencakung di bibir sungai. Kalau njenengan cari tanaman untuk konservasi, perimbun daerah tangkapan air, ini jagoannya.

Di ujung musim hujan adalah saat panen Gayam. Tak usah panjat petik, cukup mengumpul saja tebaran buah matang yang berguguran. Dari dua Gayam raksasa yang tumbuh di kebon barat rumah, berkarung Gayam bisa didapat.

Menguliti Gayam butuh labung (golok khas Jogja) tajam. Kulitnya licin dan seratnya sangat liat. Jadi, kalau tak punya jam terbang cukup, sebaiknya serahkan saja urusan mlathok Gayam pada ahlinya: Mbokde Ngatmo. Takutnya kalau ndak pengalaman, jemari manismu yang jadi korban.

Usai dikupas dan dicuci, biji Gayam direbus dua hingga tiga jam. Biasanya, kami menyantap biji Gayam rebus begitu saja. Rasanya gurih dan pulen. Kalau mau manis, tinggal cocol ke gula pasir atau, kalau pas ada, gula merah. Cara makan Gayam begitu itu berlaku untuk seluruh penghuni rumah kecuali Simbah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun