Mohon tunggu...
Joko Winarto
Joko Winarto Mohon Tunggu... profesional -

Change Agen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Profesi Guru Sudah Masuk dalam Perhitungan

16 April 2014   16:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesi Guru  Sudah Diperhitungan Masyarakat

Pada waktu saya mudik  beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan teman-teman semasa masih kecil. Kini  ada yang masih tetap di kampung  dan ada yang ke kota –kota besar dan ada juga yang ke luar negeri.

Pada waktu saya duduk di serambi masjid ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman tersebut  saya baru tahu kalau si A si B si C itu si D dll. Itu profesinya yaitu guru PNS dan sudah bersertifikasi sehingga yang dulunya kalau ngobrol-ngobrol itu paling hanya seputar sepeda motor. Nah tahun ini bicaranya sudah lain. Pembicaraannya sudah seputar mobil dan pendaftaran haji.

Guru PNS kini kelihatan mulai melek ekonomi sehingga penampilannya sudah berbeda dengan guru tempo dulu “Umar Bakri” kehidupannya pun juga sudah berbeda. Tetapi saya tidak tahu mengenai keikhlasannya. Apa keikhlasannya lebih ikhlas guru sekarang atau guru tempo dulu.

Tempo dulu banyak guru PNS yang keluar dari ke PNSannya malah ada yang pilih jadi petani, peternak atau bahkan tukang becak/ojek karena penghasilannya memperihatinkan. Bahkan kalau orang tua kok memiliki anak gadis yang mbandel, ngomelnya orang tua “nanti saya kawinkan dengan guru” baru tahu rasa. Dan yang memperihatinkan di tempo dulu kalau ada anak gadis yang didekati oleh pemuda dan pemuda tersebut adalah guru, orang tuanya si gadis masih mikir seribu kali.

Tapi kini kalau orang tua memiliki gadis kok didekati oleh pemuda yang profesinya guru yang sudah PNS dan tersertifikasi lantas orang tuanya “please…please…please” tidak seperti tempo dulu pokoknya ok deh dengan guru masa depan cerah.

Omong punya omong, Nurdin teman waktu saya kecil, yang profesinya sekarang sebagai guru PNS dan sudah sertifikasi bercerita banyak orang yang jegek menghadapi guru karena guru itu tukang ngomong dan sangat susah untuk dibilangi. Apalagi kalau guru bertemu dengan guru, karena sama-sama tukang ngomong tidak ada yang mau mengalah, semuanya pingin menang.

Hal ini mungkin karena memang guru itu di kelas tukang ngomong, tukang ngatur dan terbiasa paling menang dan paling top di kelas. Maka apabila rapat, kepala sekolah sering dibantah oleh guru kalau perlu malah menjatuhkannya, kalau diberi tugas seringnya menawar.

Maka mungkin karena kebiasaan guru suka menawar, pedagang yang menjajakan sesuatu ke guru ya jegek (kewalahan) dalam menghadapinya. Omongannya sebakul ujung-ujungnya tidak membeli, apabila ada minat membeli menawarnya ampun-ampunan  supaya  bisa dibeli dengan harga yang semurah-murahnya.

Demikian pengalamanan yang saya dapat waktu mudik mengenai guru dan yang bercerita profesinya sebagai guru di kampung. Saya tidak ada maksud apa apa dengan guru ini hanya sekedar cerita tentang guru di Kampung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun