Mohon tunggu...
Joko Winarto
Joko Winarto Mohon Tunggu... profesional -

Change Agen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatasi Anak Bandel dan Keras Kepala Secara Efektif

27 Desember 2014   21:19 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengatasi Anak Bandel dan Keras Kepala Secara Efektif

Anak bandel, suka melawan, membangkang, mengamuk, menentang adalah tanda-tanda ketegangan emosi yang disebabkan oleh perasaan dendam dan marah yang terpendam dalam hati sanubarinya. Ia tidak dapat mengeluarkan perasaan dengan wajar. Maka ia menantang, terkadang mengeluarkan kata-kata kasar, jorok, mengumpat, melemparkan atau membanting sesuatu benda, gulung-gulung, melemparkan dirinya sendiri ke lantai, menampar, menyepak, menendang apa yang ada disekitarnya dan lain sebagainya.

Mengatasi anak-anak sebagaimana tersebut tidak dapat diatasi dengan perlakuan yang keras dan kasar atau dipaksa agar menghentikan kekonyolan dan kebandelannya dengan menyentil, memukul, menempeleng, menggebuk, menampar, menjitak dan sebagainya. Orang tua dalam hal ini perlu bersikap lemah lembut, ramah, tidak marah-marah dan bersabar serta mengerti persoalan  dan memahami hati si anak, sehingga kemarahan anak akan berkurang serta rasa permusuhan yang tumbuh di dalam hati si anak akan menipis.

Anak, dalam hal menyatakan perasaan dapat dibantu oleh orang tua dengan bersahabat, tenang dan tidak kasar. Anak dibiarkan menyalurkan emosinya yang sedang meluap-luap lantas dengan pelan-pelan anak dibimbing menjadi tenang dan sadar bahwa berlaku kasar terhadap orang tua itu tidak baik. Kesulitan-kesulitan emosi si anak apabila orang tua tidak bijaksana dalam mengatasinya dapat membuat anak selamanya bersifat kasar, keras, suka marah-marah, suka mengamuk, dan suka merusak dimana semua itu dapat membahayakan terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.

Ny. Aisyah Dahlam dalam bukunya “Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga” mengungkapkan bahwa anak-anak suka marah-marah dan mengamuk disebabkan oleh: sakit; capek badan; kurang tidur; merasa terganggu akunya baik oleh orang tuanya atau oleh saudaranya; disiplin terlalu keras dan pilih kasih orang tua atau orang tua sendiri terganggu hatinya yang menjadi sebab anak-anak merasa tak tenteram”

Menurut pendapat Ny. Aisyah ini dapat diketahui bahwa banyak macam yang menyebabkan anak menjadi mengamuk dan konyol dan hal ini semuanya dapat diatasi dengan baik dan bijak. Apabila anak sakit, segera diobati atau dibawa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan. Jikalau anak capek dapat diajak untuk beristirahat atau tidur. Kalau terganggu akunya, ditunjukkan bahwa ia bebas bergerak dan berbuat asalkan tidak merusak. Kalau ia merasa tidak disayang/dikasihi, ditunjukkan bahwa ia disayangi dan dikasihi dan tidak membeda-bedakan kasih sayang antara mereka bersaudara dan lain sebagainya menurut keadaan.

Menjewer, memukul menggeplak, mencubit, menendang, menempeleng, mengunci dalam kamar, mengasingkan di dalam toilet, menyiram dengan air dan lain-lain, akan mengakibatkan anak tambah marah dan kalap, serta membuat anak tidak aman dan takut. Anak juga bisa merasa terisolir atau terkucilkan, tidak berharga dan rendah diri apabila dicaci, dimaki, dipersalahkan dan selalu diancam.

Sifat orang tua yang suka memukul, menendang, mencubit, menyabet dan lainnya akan mendorong anak menjadi pendendam, tidak taat, tidak menurut  dan keras kepala. Akan tetapi apabila anak bandel dan nakal yang keterlaluan, ketegasan dan kekerasan orang tua kadang-kadang diperlukan agar anak menurut dan sadar akan kesalahannya dengan catatan, ketegasan dan kekerasan orang tua diimbangi dan diiringi dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan.

Terkadang dalam mengatasi anak terjadi kesulitan dan kesusahan yang tidak dapat teratasi. Apabila terjadi demikian dapat dikonsultasikan ke dokter keluarga, ke psikolog, atau ke psikiater, dimana barangkali ada sesuatu yang mengganjal dan salah. Sehingga hal tersebut tidak berlarut-larut dalam memusingkan orang tua dan persoalan  segera dapat teratasi dengan baik.

Marah atau menegur anak boleh-boleh saja atau sah-sah saja asalkan bertujuan semata-mata dengan maksud untuk membentuk karakter dan perilaku anak agar lebih baik dan sempurna. Bukan sekali-kali untuk melampiaskan emosi atau melampiaskan kedongkolan/kompensasi kekesalan orang tua terhadap si anak.

Orang tua, dapat menjadikan anak ramah dan penurut apabila orang tua itu sendiri mempunyai sifat-sifat kasih sayang, lemah lembut, sopan santun, sabar, sikap tegas dan konsisten, mengutarakan dan mengungkapkan alasan serta pengertian yang tepat, tidak terlalu bawel dan cerewet, (artinya orang tua tidak terlalu melarang ini, melarang itu, ini tidak boleh, itu tidak  boleh, begini salah, begitu salah, sehingga anak menjadi bingung), dan orang tua harus bisa memahami keadaan dan bisa menjaga suatu kemungkinan yang akan terjadi pada perbuatan si anak.

Dengan sifat-sifat dan sikap orang tua tersebut Insya Alloh anak akan menjadi penurut dan ramah serta sebagaimana yang orang tua dambakan.

Joko Winarto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun