Pace e Bene
Sebelum pandemi COVID-19 melanda, sehari menjelang peringatan Santa Scholastica, aku beserta keluarga pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia, dengan harapan memperoleh mukjizat kesembuhan bagi putriku Lala, yang baru saja didiagnosis menderita gagal ginjal stadium akhir. Namun mukjizat yang aku harapkan tidak ada disana. Butuh waktu bagi ku untuk memahami bahwa mukjizat Tuhan datang pada waktu yang tepat. Tidak hanya penyakit yang perlu disembuhkan namun juga ternyata imanku, bahkan itulah yang terpenting ketika aku menyadarinya. Imanlah yang menyelamatkan, imanlah yang menyembuhkan, mukjizat terjadi ketika kita percaya penuh bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaanmu.
Saudaraku berlututlah, bahkan jika perlu tersungkurlah ke tanah, mohon dengan kerendahan hati agar terjadi pemulihan atas kesesakkan hatimu. Datanglah kepada TUHAN, kamu yang remuk redam hatinya, mintalah dengan penuh percaya. Bukankah kita pernah mendengar seorang ibu yang dikabulkan permintaannya oleh TUHAN; dengan gigih Ia meminta kesembuhan bagi anaknya yang kerasukan roh jahat. Kegigihannya menggetarkan hati Tuhan, ia mendapatkan apa yang dimintanya. (Mrk 7:24-30)
Saudaraku jika saat ini engkau sedang baik-baik saja, jadilah penghibur bagi mereka yang sedang sulit, pendoa bagi mereka yang berbeban berat, bantulah mereka dalam doamu agar permintaannya dikabulkan Tuhan. Kita adalah saluran berkat Tuhan bagi sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H