Pemasang wall-paper memilih Jokowi-Basuki
Pernyataan dukungan pesohor terhadap pasangan calon pilkada DKI Jakarta, tentunya lebih punya nilai untuk menggalang dukungan dari 'konstituennya'. Tapi tidak ada salahnya kita mengetahui juga aspirasi keterwakilan akar rumput, seperti kisah nyata di bawah ini.
Sambil meng-update status di facebook, sesekali saya memantau Pak Zoel yang lagi memasang wall-paper. Asyiknya, bapak berusia 50 tahun dan memiliki 2 orang anak ini, enak diajak berbicara sambil tetap teliti mengukur, memotong, melabur lem dan memasang wall-paper.
Keahliannya sebagai pemasang wall-paper rupanya tidak perlu diragukan lagi. Sudah sejak tahun 1980-an ketika masih membujang, Pak Zoel sudah menekuni profesinya ini. Tak terhitung berapa rumah, gedung bahkan istana sudah dimasukinya untuk kerja profesi ini. Begitu juga, sudah berapa toko dan pabrik yang memberikan pekerjaan pemasangan wall-paper.
Bapak yang berwajah ceria ini lebih memilih 'free-lance' ketimbang bekerja full-time di toko tertentu. "Jadinya, ada saja job yang saya terima dari beberapa toko dan pabrik wall-paper," kata Pak Zoel sambil tersenyum. Bahkan untuk profesinya ini, dia pernah tinggal sebulan di Bali karena orderan dari salah seorang pengusaha.
Lalu apa hubungannya dengan Jokowi? Hahaha, tidak ada! Karena keingin-tahuan saya apa kira-kira pilihannya saat putaran pertama Pilkada DKI Jakarta, akhirnya meluncur juga pertanyaan mengarah soal itu. Tanpa basa-basi lagi
"Pak Zoel tinggal dimana?" Biasa, pertanyaan pembuka sebelum penetrasi ke soal pilkada. Rupanya sedang tinggal di Tangerang Selatan bapak ceria ini. "Tapi KTP saya Jakarta," Pak Zoel meyakinkan kalau masih warga DKI. Hahaha, saya tertawa, tetapi hanya di dalam hati. Tersenyum mendengarkannya.
"Kalo gitu, Pak Zoel ikutan nyoblos pilkada dong, kemaren?" Mulai penetrasinya. "Pilih siapa, pak?" Saya tidak sabar menuggu siapa pilihannya. "Jokowi, dong!" balasnya sambil melirik ke saya tapi ada nada tanya menggantung di wajahnya. "Saya juga pilih Jokowi, koq Pak, hehehe...!" Sengaja saya berucap sambil tertawa , supaya Pak Zoel merasa nyaman.
"Emang kenapa Bapak pilih Jokowi?" Tanya saya ingin tahu alasannya. "Saya gak ngerti dan gak suka politik, tetapi saya mau pilih Jokowi karena lihat dekat dengan rakyat. Saya suka caranya berbicara kepada warga," kata Pak Zoel dengan mimik yang lucu dan lugu. Nampak ketulusan dan kesungguhannya memuji cara Jokowi yang merakyat. Daya tarik yang tidak dimiliki Foke.
Sampai bertemu di TPS masing-masing pada tanggal 20 September 2012 nanti, Pak Zoel. Siapapun dan apapun status sosial kita, mari sama-sama mendukung Jokowi-Basuki 'menyapa' masyarakat Jakarta dengan program-program yang populis, bukan elitis...!
(Kiranya kisah nyata bertemu dengan Pak Zoel mendorong dan menginspirasi kita semua memilih Gubernur dan Wagub yg mampu menata Jakarta Baru!)