Ketika ditanya tentang alasan saya menulis, saya selalu teringat kisah BJ Habibie. "Prof. BJ Habibie, Presiden Indonesia ketiga itu?" "Ya, betul!" Begini kisahnya. Jadi, setelah Bu Ainun meninggal pada 20 Mei 2010, banyak orang beranggapan bahwa Habibie tegar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ternyata tidak demikian. Keadaan Habibie begitu mengenaskan.
Dalam pengakuannya, Habibie mengatakan bahwa hanya dalam waktu 7 atau 8 hari setelah Bu Ainun meninggal, Habibie terjebak tengah malam jalan tanpa menggunakan sandal di dalam rumah seperti anak kecil menangis mencari ibunya. Tim dokter mengatakan bahwa Habibie mengalami Psikosomatik Malignant. Atau kalau tidak hati-hati dalam mengatasi kesedihannya, ia bisa mengikuti jejak istrinya ke liang kubur.
Lalu, tim dokter mengajukan empat opsi: Pertama, masuk rumah psikiatri atau rumah sakit jiwa. Kedua, tinggal di rumah dengan pengawasan dokter. Ketiga, mencurahkan isi hati ke orang terdekat atau kawan-kawannya yang dokter. Keempat, selesaikan sendiri dengan cara menulis. Habibie memilih opsi keempat yaitu MENULIS. Dari pilihan tersebut, lalu muncullah kisah cintanya dengan Bu Ainun berupa novel "Habibie & Ainun," dan novel-novel lainnya yang kemudian difilmkan.
Kenapa Habibie memilih opsi menulis? Karena menulis merupakan terapi ampuh dalam mengatasi kesedihan yang dialami Habibie. Kisah berharga ini sengaja saya bagikan di awal tulisan ini. Mengapa? Karena begitu banyak manfaat menulis yang tidak kita ketahui. Selain untuk terapi, tentu banyak lagi manfaat menulis, antara lain untuk meningkatkan pengetahuan, membantu memperjelas pemikiran, memperluas jaringan sosial, memberi peluang untuk berbagi pandangan dan pengalaman dengan pembaca, dan bahkan menambah penghasilan melalui royalti atau penjualan produk digital.
Menulis sebagai Terapi
BJ Habibie adalah salah satu contoh nyata bagaimana menulis dapat menjadi terapi yang efektif. Ketika seseorang mengalami kesedihan mendalam atau trauma, menulis dapat menjadi media untuk menyalurkan emosi yang sulit diungkapkan secara verbal. Proses menulis membantu mengorganisir pikiran dan perasaan, memberikan struktur pada kekacauan emosi, dan memfasilitasi proses penyembuhan. Bagi Habibie, menulis tentang cintanya dengan Bu Ainun tidak hanya mengisi waktu luangnya, tetapi juga membantunya memproses kehilangan yang sangat mendalam.
Meningkatkan Pengetahuan
Menulis memerlukan penelitian dan refleksi, yang pada gilirannya meningkatkan pengetahuan penulis. Saat menulis, kita seringkali perlu mencari informasi tambahan untuk mendukung argumen atau menguatkan cerita yang ingin kita sampaikan. Proses ini memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman kita tentang topik tertentu. Dengan menulis, kita juga dapat mengklarifikasi pemikiran dan memperbaiki pemahaman kita.
Membantu Memperjelas Pemikiran
Seringkali, kita memiliki banyak ide yang bercampur aduk dalam pikiran kita. Menulis membantu menyusun ide-ide tersebut secara terstruktur. Proses ini memungkinkan kita untuk melihat hubungan antar gagasan, mengidentifikasi pola, dan menyusun argumen yang lebih logis. Dengan menulis, kita juga dapat mengeksplorasi pemikiran kita secara mendalam, menemukan insight baru, dan menyelesaikan masalah yang kompleks.