Mohon tunggu...
J.A Pakpahan
J.A Pakpahan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/penyair/pembaca puisi

Menuliskan realita ke dalam sebuah puisi adalah caraku berdamai dengan kegagalan _J.A Pakpahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menerka Wajah

4 Juni 2023   01:12 Diperbarui: 4 Juni 2023   01:25 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MENERKA WAJAH
oleh: J.A Pakpahan

"Bangun, nanti terlambat kau sekolah!"
Mataku basah dengan kata-kata
Kala pagi tak kudengar suaranya bernyanyi
Meja makan yang kosong, piring kotor menumpuk, serta baju kemeja kemarin masih penuh daki dan tergantung di kamar mandi

Mataku basah dalam kesunyian
Kala malam tak kudengar suara televisi dan tawa bahagia darinya
Ruang tamu diam; asap rokok ayah pun tak lagi berkelahi dengannya
Semua bak asing dalam kepala

"Dimana foto ibuku, Ayah?"
Mataku basah dengan kata-kata
Kemudian ayah berlalu bersama waktu
Tidur dan tidak untuk bangun  kembali
Damai dengan tanah; memeluk ibu yang telah lebih dulu

Aku masih terus menerka
Tentang wajahnya yang tak lagi sama
Ribuan kertas dan pena tak mampu menemukanya
"Bagaimana lagi caraku mengenang mu, ibu?,
Bagaimana lagi caraku mengenang mu, ayah?"

Jambi, 25 mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun