Mohon tunggu...
Joko Tingkir
Joko Tingkir Mohon Tunggu... -

Pegawai swasta yang suka rmembaca apa saja yang memberikan pencerahan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mencoba Memahami POLRI Membasmi Para Preman

7 April 2013   11:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kasus LP Cebongan Sleman dimana 4 orang tersangka kasus pembunuhan di Hugo's cafe yang melibatkan 1 orang mantan anggota Brimob dan 3 rekannya yng dikenal sebagai preman dibunuih oleh 11 orang Tim Kopassus maka sekarang Polri ikut latah dengan memberantas premanisme. Ini terlihat dimana Polri melakukan razia terhadap preman di daerah Senayan tepatnya di area parkir timur Senayan (daerah perpakiran) serta akan ada razia di daerah2 lainnya di seluruh Indonesia.

Nampaknya Polisi "tertekan" untuk mengadakan aksi razia, setelah sekian lama tertidur nyenyak.Tekanan masyarakat terhadap efek kasus LP Cebongan Sleman Jogyakarta ini ternyata merupakan pressure bagi  Polri.

Ada beberapa hal yang membuat masyarakat yang meragukan kinerja Polri dalam memberantas preman yaitu:

1.Kemana saja Polri selama ini dalam memberantas preman? Dimana-mana banyak preman tapi Polri menutup mata terhadap masalah preman atau pura2 tidak tahu atau tahu sama tahu?. Beberapa tahun lalu pemberantasan preman pernah dilakukan  setelah itu lenyap tidak berbekas .Baru sekarang muncul lagi . Kasus pemalakan di Senayan masak polisi tidak tahu?Sudah sangat jelas setiap mobil parkir harus bayar sekitar Rp.5 ribu.Tarif ini merupakam tarif "suka suka gue".Daripada ribut ya pemilik mobil mengalah saja lagian kan pemilik mobil tidak tiap hari ke daerah parkir timur Senayan.

2.Pemberantasan preman merupakan tindakan yang perlu biaya banyak tapi tidak ada manfaat buat petugas kepolisian.Mungkin resiko ancaman preman ke anggota Polri  lebih besar. Ada pemeo seperti ini" anda jadi anggota Polrti mungkin sampai umur 57 tahun setelah itu anda pensiun sedangkan jadi preman melekat seumur hidup jadi , harap anda hati2...

3. Masalah preman kata ahli2 masalah sosial termasuk kata Polri adalah masalah kemiskinan jadi tidak mungkin dihapus.Pemain lama pergi pemain baru datang.Kalau berpendapat seperti itu ya bubarkan saja Kepolisian toh kejahatan dan ancaman keamanan masyarakat  tidak pernah hilang.Yang perlu bagaimana Polri dengan intelijennya memonitor pergerakan preman. Yang namanya kemiskinan ada di seluruh dunia...premanisme diseluruh dunia juga ada..cuma bagaimana meminimalkan premanisme. Bukannya menutup mata. Polri pasti akan berkilah premanisme tetap kita berantas tapi enggak perlu di expose di media...percayakah anda?

4.Jangan2 dalam kehidupan sehari-hari mungkin banyak oknum Polisi bersimbiosis dengan para preman seperti pemberitaan soal Juan  mantan anggotan Brimob (salah satu yang ditembak di LP).Mungkin masih banyak Juan Juan yang lain yang sifatnya masih underground?Ini juga menjadi  masalah bagaimana setiap ada operasi rahasia razia sering gagal karena banyak kebocoran alias pengkhianat di Kepolisian. Banyak oknum polisi jadi agen ganda ya sebagai informan kepolisian juga sebagai informan mafia..

Melihat hal-hal diatas maka mengandalkan Polri untuk pemberantasan preman merupakan sesuatu hal yang sangat jauh panggang dari api karena sifatnya yang hanya sporadis, kalau ada pressure baru melakukan razia, kalau tidak ya adem ayem, tidak perencanaan yang sistimastis dan terencana padahal masalah preman ini membebani masyarakat umum secara mental dan fisik. Maka hanya kita sendirilah yang dapat menyelamatkan diri kita sendiri dengan cara kita sendiri .

Pesimisme yang ada di masyarakat perlu ditindak lanjuti oleh Polri dengan langkah yang terarah, terencana dan sistimatis sehingga Polri dapat merebuat kepercayaaan masyarakat kembali yang entah kapan akan kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun