Seorang teman bercerita, ‘dasar tu si A, maunya dimengerti mulu, kalo se-tim ma dia pasti qt yang kena getahnya. Dia pasti ijin mulu, ijin kuliah lah, dipanggil pak Bos lah, ujung-ujungnya kerjaan tim pasti qt yang ngerjain’. Hmm...saya hanya bs berkata oh ya, masa sih, bingung mulai dari mana menjelaskan sesuatu yang nggak sreg bagi saya...
Sering kali kita marah pada seseorang karena dia nggak fokus pada kerjaan tim, yang tanpa sengaja se-tim ma kita. Seolah kita yang ngerjain semuanya, dia nggak ngerjain sama sekali. Mungkin juga sebenarnya kita bs ngerjain seluruh kerjaan tim itu, hanya kita merasa butuh dia untuk menemani saja, ni tipikal orang yang kesepian, hehe... pas ditinggal gitu, kita jadi marah, kecewa, seballl...
Ketika semua itu terjadi, berkacalah pada diri sendiri. Siapa yang salah? Atau tak perlu mencari siapa yang salah, tapi apa salahnya. Apa salahnya dia kuliah? Bukannya baik untuk dia dan kita, ketika satu tim lagi dia jadi lebih berpandangan luas, punya pemikiran oke yang membuat kita jadi enak berdiskusi? Apa salahnya dia dipanggil bos? Mungkin ada pekerjaan penting, bukannya ketika dia dipanggil bos berarti dia punya kemampuan yang slalu dibutuhkan oleh bos itu, sehingga dipanggil terus? Berarti teman satu tim kita berkemampuan istimewa dong, nantinya tim kita pasti jadi lebih solid. Dan sebagainya....
Mengertilah agar kita dimengerti. Atau nggak perlu agar kita dimengerti, cukup mengertilah orang lain, maka hatimu akan tenang, otak akan jernih, tidak ada buruk sangka, hanya baik sangka. Jika masih susah mengerti orang lain, setidaknya bersikaplah seolah kita ada di posisi dia, apa yang akan kita lakukan? Apa yang akan terjadi? Mungkin kita ingin dimengerti, maka jadilah kita yang mengerti dia, karena jika kita di posisi dia pasti ingin dimengerti juga.
Brooo...nggak ada susahnya mengerti orang lain, apalagi mengerti pada sahabat kita, pada teman satu tim kita yang sering bertatap muka, yang sering bersama. Bahkan mungkin intensitas pertemuan kita dengan teman tersebut sama dengan intensitas pertemuan kita dengan keluarga kita, bukankah dia sudah sama seperti keluarga kita?
Mengertilah....mungkin ada hikmah besar jika kita mau mengerti sahabat kita, mungkin inilah jalan untuk menjadi manusia sesungguhnya, mungkin inilah salah satu jalan untuk menjadi dewasa..
Maka, mengertilah...bukan untuk dimengerti, jangan matematis, cukup mengertilah pada sahabatmu....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI