Saya termasuk orang yang suka mengamati, melihat apa yang terjadi di sekeliling. jika ada yang menarik -bahkan hampir semua hal itu menarik, tergantung sudut pandang mana yang kita ambil dan tujuan kita mengamati hal itu-, saya akan amati, analisis, kenapa begini, kenapa begitu. contohnya kasus ini, dari satu peristiwa yang terjadi, saya membuat analisis sendiri tentang teori keikhlasan, menurut saya tentunya.
di satu kantor tertentu, di lokasi tertentu, terjadilah hal yang menarik menurut saya. sederhana saja, meski di sudut yang lain dipandang tidak sederhana, beberapa orang selalu mempertanyakan apa yang dia dapat jika melakukan sesuatu, sesuatu di jam kerja, pekerjaan yang memang pekerjaan mereka. jika saya begini, ada honornya tidak? kenapa tidak berhonor? honor saya mana? padahal, rata-rata gaji mereka melebihi rata-rata penghasilan penduduk Indonesia!!! aneh bukan? harta memang tidak pernah memuaskan, semakin punya harta, semakin ingin lebih, seperti minum air laut, semakin banyak yang diminum, semakin haus.
wow, menarik bukan??
lantas gimana? menurut saya, biarkan mereka seperti itu. karakter sudah terbentuk dari jaman dulu kala, kebiasaan, pemikiran yang mengendap, sudah mengendap. bagi saya, yang hanya pengamat ini, justru belajar dari karakter mereka. seperti apa mereka? mengapa mereka seperti itu? semua pembelajaran itu, akan semakin memperkaya pengetahuan kita, kemudian bisa kita lakukan yang terbaik.
di sini, mari kita belajar dari kantor itu. setidaknya, saya menemukan 4 level keikhlasan.
1. level pertama
level pertama adalah level orang-orang yang selalu mempertanyakan honor, tambahan penghasilan apa yang didapatnya jika mengerjakan ini itu. kalaupun kemudian mengerjakan sesuatu, dengan sebelumnya tidak bertanya tentang honor, setelah selesai mengerjakan sesuatu itu, dia akan terus menerus menagih honor yang akan dia dapat, jika tidak mendapat honor, kenapa tidak mendapat honor.
2. level kedua
level kedua adalah orang-orang yang mempertanyakan honor ketika telah selesai mengerjakan sesuatu. sebelum mengerjakan sesuatu, dia tidak bertanya ada honornya tidak, tapi setelah selesai, kemudian bertanya, honornya mana? kenapa tidak ada honornya?
3. level ketiga
level ketiga adalah orang-orang yang mengerjakan sesuatu tanpa bertanya sebelumnya ada honornya tidak dan setelah selesai mengerjakan sesuatu pun tidak bertanya mana honornya, tapi dalam hatinya dia mempertanyakan mana honornya? kenapa tidak ada honornya?